Ngomong-ngomong soal pengalaman dagang/kerja, saya mungkin punya beberapa cerita untuk dibagi. Pertama kali saya kenal dagang waktu SMA. Niatnya iseng, karena saya penggemar pernak-pernik/asesoris cewek, saya memutuskan ingin mencoba berdagang. Saya ceritakan niat itu pada ibu. Eh, ibu langsung setuju. Saya diberi modal Rp. 200.000,- (waktu itu nominal 200 ribu rasanya besar banget). Dari Pati, saya naik bus ke Semarang (kira-kira makan waktu dua jam) untuk kulakan pernak-pernik.
Sampai di Semarang, saya keluar masuk toko di Pasar Johar untuk membeli bermacam asesoris (gelang, kalung, bando, jepit rambut, bros, karet warna-warni, dll). Lalu pulang lah saya ke rumah dengan membawa seplastik besar pernak-pernik. Dari pengalaman itu, saya tahu harga grosiran. Ternyata sangat murah. Bahkan ketika saya bandingkan dengan harga yang dijual di kota saya bisa dinaikkan sampai 200%. Waw! Haha..
Esok harinya saya bawa barang dagangan saya ke sekolah. Sebelumnya, barang dagangan sudah saya labeli dengan harga yang tentu saja lebih murah dari toko (barang yang sama). Alhasil, barang dagangan laris manis di sekolah. Sisanya saya tawarkan ke rumah tetangga. Saya door to door menawarkan dagangan ke tetangga. Kalau mau jadi pedagang ya jangan malu, begitu kata ibu.
Dalam beberapa hari dagangan saya habis. Untung-nya lumayan dan bisa buat kulakan lagi sehingga barang yang dibeli lebih banyak. Sayangnya, setelah itu saya harus Ujian Nasional. Ibu melarang saya jualan lagi untuk persiapan ujian :(
Sampai ujian selesai dan masuk kuliah, saya tidak pernah jualan lagi. Tapi, saya bekerja di sebuah pusat terapi untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Awalnya jadi asisten yang tugasnya merapikan alat-alat terapi dan mainan. Gajinya kecil, Rp. 75.000,- sebulan. Saya kerja part time sepulang kuliah. Berbulan-bulan bekerja sebagai asisten alat, saya diminta untuk jadi asisten terapis/prompter. Tugas saya membantu anak-anak memberi bantuan ketika terapis memberikan instruksi pada mereka. Biasanya, anak-anak berkebutuhan khusus yang berada pada kategori berat akan susah mengikuti instruksi dari terapis. Itulah gunanya prompter.
Berbulan-bulan pula saya jadi prompter dan mulai mencintai dunia ini, akhirnya saya diminta menjadi terapis. Karena saya masih kuliah, jadi saya dapat sesi sore sekitar pukul 3 sampai pukul 5. Selama menjadi terapis, saya banyak belajar tentang bagaimana cara menangani anak-anak berkebutuhan khusus (materi yang tidak saya dapatkan di bangku kuliah). Satu tahun saya bekerja sebagai terapis di Yogasmara Therapy Center Semarang. Sampai akhirnya saya buka Primakids Learning Center di Pati sampai sekarang. Syukur, punya ilmu yang bermanfaat untuk membantu orang tua yang punya anak berkebutuhan khusus. Doakan secepatnya bisa buka cabang di Semarang ;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar