Jumat, 28 September 2012

Ditelpon Diaz Pagi-Pagi



Semalam Mbak Mei telpon. Tapi saya sedang di kamar mandi waktu hape berdering dan panggilan tak terjawab. Sms Mbak Mei menyusul kemudian, katanya Diaz mau say 'thanks' sama saya. Aih, saya sudah berdebar-debar mau ditelpon Diaz. Sayangnya hape tak kunjung berbunyi. Mungkin sudah terlalu larut atau Diaz memang sudah tidur.

Paginya, Mbak Mei telpon lagi. Kali ini saya angkat dan kali ini Diaz menyapa saya, "Tante Pima" hahahahaha deuhhh leleh resanya mendengar sapaan seorang anak kecil yang fotogenik itu. Saya nyengir terus. Kayak ditelpon pacar :))

Saya sampai lupa apa saja yang dibicarakan Diaz saking takjubnya. Yang saya ingat dia menyebut nama-nama hewan yang ada di sampul buku yang saya beri dengan suara kurang jelas. Bermacam hewan dia sebutkan; buaya, monyet, dll lalu ucapan terima kasih. Setelah itu saya ngobrol dengan ibunya sebentar (ngobrol rahasia) *nyengir

Ini pengalaman pertama saya ngobrol dengan anak kecil yang belum pernah saya temui secara langsung. Saya antusias. Ya, pada dasarnya saya selalu antusias dengan semua anak kecil. Dengan Diaz ini, saya hanya mendengar cerita dari percakapan-percakapan di dunia maya. Sepertinya anak yang hebat.

Apa jadinya ya kalau kami ketemu suatu hari? 



Selasa, 25 September 2012

Suburban Love Edisi Revisi



Setelah melalui beberapa perbaikan akhirnya Suburban Love resmi direvisi. Buku ini awalnya memuat 16 cerita pendek (Shelter, Galuh, Tentang Jarak, A Cup Of Coffeedrip, Surat Dari Fukuoka, Suburban Love, Lost, Song Before Sunset, Monolog Tentang Engkau, Tokek Dan Sepatu, Catastrophe, Firasat, Cerita Di Balik Laju Kereta, Golden Day, Cerita Tanpa Ending, dan Seribu Hari Aku Menunggumu), kemudian masih berjumlah sama di edisi revisi dengan sebuah cerita pengganti. Seribu Hari Aku Menunggumu diganti dengan cerpen berjudul Di Antara Bangku Kereta Dan Pancaroba (hasil kolaborasi dengan Galih Pandu Adi).

Terima kasih untuk teman-teman yang sudah memberikan endorsement; Jenny Jusuf, Mbak Eka Situmorang, Mbak Latree Manohara, Mas Wiwien Wintarto, dan Mas Kartun. Tak lupa buat Umam yang selalu mau saya repoti untuk mengurus ini-itu.


Senin, 17 September 2012

Pembatas Buku Monster


Prakarya hari ini; membuat pembatas buku monster. Akan segera saya bagi cara membuatnya :))



Tahap I Pembuatan 10 Jendela

10 Jendela adalah media peraga untuk belajar penjumlahan 10 beserta variasinya. 


Bahan:
  • Kertas HVS
  • Kertas kado
  • Gunting
  • Lem
  • Penggaris
  • Crayon warna merah dan kuning
Cara membuat:
  • Buat pola 10 jendela yang terdiri dari 5 kolom dan 2 baris. Sisinya 3 cm. Atau bisa diunduh di sini. Buat sebanyak 10.
  • Buat persegi panjang berukuran 11 x 21 cm dengan kertas kado, buat sebanyak 10.
  • Kemudian tempelkan pola 10 Jendela di atas kertas kado
  • Buatlah lingkaran dengan crayon warna merah dan kuning (1 merah 9 kuning, 2 merah 8 kuning, 3 merah 7 kuning, 4 merah 6 kuning, dst)




Tahap selanjutnya menyusul ;)


Rabu, 12 September 2012

Kebiasaan Dingo


Dingo punya kebiasaan yang berbeda-beda ketika orang yang dikenalnya datang. Ada tiga orang yang sangat dikenalnya. Selain tiga orang itu, responnya tidak begitu unik dan bisa berganti-ganti. Yuk mari kita simak respon Dingo ketika yang datang:

  • Mas Tambeng
Mas Tambeng adalah bapaknya alias pemilik Dingo. Segalak-galaknya Mas Tambeng, Dingo tidak pernah takut karena mereka berdua punya ikatan yang sangat kuat dan saling menyanyangi. Mereka tidur bersama, makan bersama dan mandi bersama, eh.. Haha bohong. Mandinya sendiri-sendiri ding! Respon ketika Mas Tambeng datang ada dua jenis. Bila habis melakukan kesalahan (mengobrak-abrik tempat sampah, menggigit sandal, atau apa saja yang berbau merusak) maka Dingo akan masuk ke kolong kursi dengan telinga turun ke belakang. Ini pertanda dia takut. Bila dia tidak melakukan kesalahan, dia akan berlari-lari kegirangan menyambut Mas Tambeng lalu menjilat-jilat tangan atau kaki. Selain itu dia akan melompat-lompat.
Kesalahan Dingo yang paling fatal adalah menggigiti sandal gunung milik Umam sampai putus. Tidak hanya Dingo yang sebenarnya disalahkan. Dia kan hanya seekor hewan. Ya, tentu saja karena pemiliknya tidak waspada. Tragedi itu membuat Dingo dipukuli sampai minggat dari rumah. Saya saksi mata waktu itu. Paginya Dingo mengunyah-ngunyah modem Smart milik Umam lagi. Hahaha.. Dingo, bersalah atau tidak responnya ketika melihat Umam adalah sembunyi di kolong kursi. Jarang dia melompat-lompat kegirangan. Barangkali karena kedatangan Umam identik dengan tragedi waktu itu (hewan juga bisa trauma lho?!)
  • Saya
Saya orang yang paling lunak pada Dingo. Meskipun berkali-kali dia mengunyah sepatu flat saya, semua tidak pernah masalah. Solusinya sekarang memasukkan sepatu ketika berkunjung. Sebagai ibu asuh, saya memang lembek kalau sudah melihat ekspresi Dingo. Bagi saya dia seperti bayi yang ringkih dan patut disayang-sayang. Apa saja yang saya makan pasti dia kebagian (sekarang sudah tidak lagi karena saya hanya memberinya ati ampela rebus saja). Bila saya datang, respon Dingo cukup aneh. Bila dia sedang di depan pintu dan sudah melihat saya datang, dia akan berlari ke belakang dengan cepat. Lalu begitu saya turun dari motor dan masuk rumah, dia anak berlari sambil melompat-lompat kegirangan seperti berkata "Hai Mom.. Aku senang kamu datang" hahaha.. Kemudian dia akan mengendus saya atau barang bawaan saya, mengikuti kemana kaki saya melangkah.

Anjing, bagaimanampun juga adalah hewan yang paling ideal untuk dipeliharan. Segala perilakunya mengingatkan kita pada anak-anak dan masa kanak-kanak kita. Mungkin.


Modifikasi Resep Asam Pedas Iga Sapi


Hari ini rencananya nyobain resep di aplikasi Masak Apa, namanya Asam Pedas Iga Sapi. Namun saya kepikiran mengganti iga sapi dengan sayap ayam. Entah kenapa, mungkin karena hari ini saya ingin makan ayam. Yuk, simak resepnya!

Bahan:
  • 500 gram sayap ayam

Bumbu:
  • 5 siung bawang merah iris serong
  • 3 siung bawang putih iris serong
  • 2 cabe merah besar iris kasar
  • 2 cabe hijau besar iris kasar
  • 10 cabe rawit merah
  • 2 cm lengkuas
  • 2 lembar daun salam
  • 1 sendok teh merica bubuk
  • 1 sendok teh garam
  • 4 buah tomat hijau potong-potong
  • 3 sendok makan kecap manis
  • 1 liter air
  • minyak sayur secukupnya

Cara membuat:
  • Rebus air hingga mendidih, masukkan sayap ayam, lengkuas dan dua lembar daun salam
  • Tumis bawang merah, bawang putih hingga layu dan harum
  • Masukkan cabe merah dan cabe hijau, aduk hingga layu
  • Angkat, masukkan ke dalam rebusan sayap ayam
  • Tambahkan cabe rawit merah, tomat hijau, kecap, merica, dan garam
  • Rebus dengan api kecil sampai bumbu meresap
  • Angkat dan sajikan panas. Bisa untuk lauk makan siang.
Cauw! Gampang kan? Disajikan dengan nasi putih hangat dan kerupuk udang. Semua kenyang, semua senang. Murah dan sehat!


Minggu, 09 September 2012

Blog Review: Blog Auk






Tak ada yang lebih sempurna dari membebaskan imaji di akhir pekan dengan jalan-jalan ke blog pilihan saya berikut ini. Apa sih yang pertama muncul di benak kalian ketika membaca site title dan tagline blog ini? "Pasti blog ini membagi banyak cerita tentang pengalaman penulisnya."

'Berbagi Jejak' begitu bunyi tagline blog yang ditulis oleh seorang lelaki absurd, labil dan random ini. Benar, setelah sekian lama saya mengikuti blog ini, banyak kisah sehari-hari yang menarik untuk diikuti. Melalui blognya, lelaki penyuka warna hitam ini mengajak kita untuk lebih mengeksplore pengalaman sehari-hari yang  ringan, apa-apa saja yang dilihat, dialami, dan dirasakan. Misalnya, dalam post yang berjudul Jajan yang menceritakan tentang seorang ayah yang selalu tidak tega saat anaknya minta jajan karena baginya saat-saat jajan adalah mewah dan megah mengingat ayahnya relatif jarang jajan dan sarapan. Atau post berjudul Hikmah, tentang bagaimana sebaiknya kita mengambil hikmah apapun yang menimpa kita.  Bahwa kita selayaknya harus selalu bisa menjalani hidup ini dengan lapang, nyaman dan ikhlas agar hidup ini bisa dijalani dengan lebih mudah.


Dikemas dengan bahasa yang ringan dan enak dibaca,  kita juga akan diajak jalan-jalan ke Jogja, menjelajahi shopping center untuk berburu komik atau pergi ke toko buku Toga Mas. Sayang ya halaman blog ini putih bersih seperti kertas HVS, tanpa theme macam-macam. Barangkali Si Empunya memang sosok yang sederhana apa adanya. Saya sih pengennya beliau menambahkan sedikit warna pada blognya, mungkin orange atau hijau biar lebih seger dan mata tidak perih. Hihihi..


Bagaimana? Apakah kalian sudah tidak sabar mengunjungi blog ini? Coba saja dan selami cerita-cerita di dalamnya. Siapa tahu kalian terinspirasi untuk menulis kisah sehari-hari kalian sendiri! Yuk cap cus!!.



Pengalaman Kerja/Dagang



Ngomong-ngomong soal pengalaman dagang/kerja, saya mungkin punya beberapa cerita untuk dibagi. Pertama kali saya kenal dagang waktu SMA. Niatnya iseng, karena saya penggemar pernak-pernik/asesoris cewek, saya memutuskan ingin mencoba berdagang. Saya ceritakan niat itu pada ibu. Eh, ibu langsung setuju. Saya diberi modal Rp. 200.000,- (waktu itu nominal 200 ribu rasanya besar banget). Dari Pati, saya naik bus ke Semarang (kira-kira makan waktu dua jam) untuk kulakan pernak-pernik.

Sampai di Semarang, saya keluar masuk toko di Pasar Johar untuk membeli bermacam asesoris (gelang, kalung, bando, jepit rambut, bros, karet warna-warni, dll). Lalu pulang lah saya ke rumah dengan membawa seplastik besar pernak-pernik. Dari pengalaman itu, saya tahu harga grosiran. Ternyata sangat murah. Bahkan ketika saya bandingkan dengan harga yang dijual di kota saya bisa dinaikkan sampai 200%. Waw! Haha..

Esok harinya saya bawa barang dagangan saya ke sekolah. Sebelumnya, barang dagangan sudah saya labeli dengan harga yang tentu saja lebih murah dari toko (barang yang sama). Alhasil, barang dagangan laris manis di sekolah. Sisanya saya tawarkan ke rumah tetangga. Saya door to door menawarkan dagangan ke tetangga. Kalau mau jadi pedagang ya jangan malu, begitu kata ibu.

Dalam beberapa hari dagangan saya habis. Untung-nya lumayan dan bisa buat kulakan lagi sehingga barang yang dibeli lebih banyak. Sayangnya, setelah itu saya harus Ujian Nasional. Ibu melarang saya jualan lagi untuk persiapan ujian :(

Sampai ujian selesai dan masuk kuliah, saya tidak pernah jualan lagi. Tapi, saya bekerja di sebuah pusat terapi untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Awalnya jadi asisten yang tugasnya merapikan alat-alat terapi dan mainan. Gajinya kecil, Rp. 75.000,- sebulan. Saya kerja part time sepulang kuliah. Berbulan-bulan bekerja sebagai asisten alat, saya diminta untuk jadi asisten terapis/prompter. Tugas saya membantu anak-anak memberi bantuan ketika terapis memberikan instruksi pada mereka. Biasanya, anak-anak berkebutuhan khusus yang berada pada kategori berat akan susah mengikuti instruksi dari terapis. Itulah gunanya prompter.

Berbulan-bulan pula saya jadi prompter dan mulai mencintai dunia ini, akhirnya saya diminta menjadi terapis. Karena saya masih kuliah, jadi saya dapat sesi sore sekitar pukul 3 sampai pukul 5. Selama menjadi terapis, saya banyak belajar tentang bagaimana cara menangani anak-anak berkebutuhan khusus (materi yang tidak saya dapatkan di bangku kuliah). Satu tahun saya bekerja sebagai terapis di Yogasmara Therapy Center Semarang. Sampai akhirnya saya buka Primakids Learning Center di Pati sampai sekarang. Syukur, punya ilmu yang bermanfaat untuk membantu orang tua yang punya anak berkebutuhan khusus. Doakan secepatnya bisa buka cabang di Semarang ;)


Sabtu, 08 September 2012

Hari Libur

Well, akhirnya saya punya hari libur. Pilihan saya jatuh pada hari Jumat. Kenapa memilih hari Jumat? Ya karena Senin - Kamis jadwal saya penuh; mengajar Nisa dan Rico. Sedangkan sisanya, saya harus mengajar di rumah. Awalnya, saya mengajar di rumah mulai hari Jumat - Minggu. Alhasil saya memang tidak punya hari libur. Tapi sekarang, Jumat menjadi waktu istirahat saya. Dengan begitu, Sabtu saya kembali fresh menyapa anak-anak.

Sebenarnya saya tidak keberatan mengenai 'hidup tanpa libur' toh saya mencintai apa yang saya lakukan. 3 tahun saya menjalani ini; mengajar di dua tempat, menempuh perjalanan jauh dan tak punya hari libur. Tapi, belakangan saya berpikir bahwa hal ini barangkali akan berdampak nantinya. Dampak yang paling kentara adalah masalah kesehatan. Sakit memang anugerah bila kita bisa melihatnya dari sisi lain. Tapi, sebelum sakit saya ingin mengantisipasi datangnya kondisi tak produktif itu.

Hari libur pertama saya sudah berlalu kemarin. Saya duduk di depan komputer sepanjang hari, menulis lima artikel di blog. Malamnya saya menghadiri soft launching Kembang Api Malam Ini karya Mbak Latree Manohara di Terracotta Coffee House bersama Umam. Kami datang terlalu pagi, menunggu di pelataran sambil minum jus. Acara yang dijadwalkan pukul tujuh molor karena tuan rumah acara terjebak macet. Namun acara tetap berjalan lancar sampai akhir. Diskusi yang seru dan gayeng.

Pulangnya, saya dan Umam mampir warung pecel Mbak Sri di Simpang Lima. Ada lapar yang belum tuntas haha..


Eh itu undangan Membaca Kembang Api Latree Malam Ini. Undangan yang dibagikan sesaat sebelum acara dimulai :))


Jumat, 07 September 2012

Kembang Api Malam Ini



Judul          : Kembang Api Malam Ini
Penulis       : Latree Manohara
Penerbit     : Gigih Pustaka Mandiri
Terbit        : Agustus 2012
Halaman     : viii + 104
Harga         : Rp. 40.000,00

Cerpen-cerpen dalam kumpulan Kembang Api Malam Ini seakan menjadi bentuk ekspresi pemikiran-pemikiran Latree Manohara perihal persoalan-persoalan sosial yang kerap kita temui di masyarakat, dimana setiap kehidupan memiliki 'tragic sense'nya sendiri-sendiri.

Dengan teknik penceritaan yang mengalir yang memang begitu dikuasai Latree Manohara membuat cerpen-cerpen dalam kumpulan ini enak untuk dibaca tanpa kehilangan nuansa. Kita juga dibawa pada alur yang tidak bisa ditebak sehingga membuat kita tercengang di akhri cerita. Tengok saja cerpen yang berjudul Pawon Rawon Mas Won atau Susu Untuk Sari. 

Bermacam persoalan-persoalan sosial dikemas dengan apik serta santun. Latree Manohara berusaha memberikan empatinya tanpa menggurui pelbagai resiko yang diterima pelaku. Buku ini memberikan perenungan bagi kita yang acapkali tidak peduli pada hal-hal remeh di sekitar kita. 


Kamis, 06 September 2012

Bakwan Sayur

Siang ini saya tidak masak banyak; sayur sup dan bakwan sayur. Tapi resep yang hendak saya bagikan hanya bakwan sayur. Resep sup menyusul ya! Bahan-bahan yang dibutuhkan bisa dilihat pada gambar di bawah ini.


Bahan:
  • Paket sayur sop (bisa dibeli di pasar; ambil wortel, kol, seledri, dan daun bawangnya)
  • Bila suka bisa tambahkan kecambah
  • Tepung bumbu jadi (bisa diganti dengan terigu 1/4 ons, 1 sendok teh tepung beras, bumbunya 3 siung bawang putih, 1 siung bawang merah, 1/2 sendok teh merica bubuk, 1/2 sendok teh garam, penyedap secukupnya)
  • Air
  • Minyak untuk menggoreng
Cara membuat:
  • Wortel iris memanjang korek api, kol diiris tipis, daun bawang dan seledri diiris menyerong, masukkan ke baskom. Aduk agar tercampur. Kemudian tuang tepung bumbu. 
  • Uleni dengan air sedikit demi sedikit. Jangan sampai terlalu cair.
  • Panaskan minyak goreng, kemudian bikin adonan membulat di dalam minyak goreng.
  • Goreng sampai kuning kecoklatan. Angkat. Tiriskan


Selamat makan! :))


Sayur Asem Rumahan


Ugh, sayur asem di siang hari. Berlauk ikan asin, atau tempe kemul daun jeruk. Ditambah sambal dan kerupuk. Surga. 

Ngomong-ngomong, soal sayur asem, belakangan saya meninggalkan resep dari ibu dan mencoba resep lain. Hasilnya sama-sama enak. Bedanya, resep sayur asem ibu lebih berminyak dan lebih berasa dagingnya. Sedang resep lain yang saya coba, sayur asemnya tidak berminyak dan lebih segar. Yuk mari kita coba dan bandingkan.

Resep dari ibu.
Bahan:
  • 2 bungkus paket sayur asem (bisa di beli di pasar, isinya kacang panjang, buncis, labu siem, terung, daun so, kol)
  • 1 buah tomat hijau/2 mata asem (kalau tidak begitu suka asem ya pakai tomat saja)
  • 1 genggam kacang tanah
  • 5 potong sayap ayam
  • Minyak secukupnya untuk menumis
Bumbu:
  • 5 siung bawang merah (iris serong)
  • 5 siung bawang putih (iris serong)
  • 3 buah cabe hijau (iris serong)
  • 2 cm lengkuas
  • 1/2 sendok teh garam
  • 1/2 sendok teh gula pasir
  • 700 ml air
  • 350 ml air
  • Penyedap secukupnya (tidak pakai penyedap juga bisa)
Cara membuat:
  • Rebus potongan sayap ayam dengan 700 ml air sampai matang. Setelah matang angkat daging ayam, tiriskan.
  • Tumis bawang merah, bawang putih, lengkuas dan cabe sampai harum dan layu.
  • Masukkan tumisan bumbu ke dalam air kaldu yang sudah dikurangi setengahnya (ganti air kaldu yang dikurangi dengan air biasa)
  • Didihkan, kemudian masukkan irisan tomat/asem, kacang tanah, kacang panjang, buncis, labu, terong. Diamkan 10 menit.
  • Kemudian masukkan gula dan garam, penyedap (bila pakai penyedap), kol, daun so, dan sayap ayam. Aduk rata. Diamkan sekitar 7 menit.
  • Angkat.

Yuk kita coba resep lain.
Bahan:
  • 2 bungkus paket sayur asem (bisa di beli di pasar, isinya kacang panjang, buncis, labu siem, terung, daun so, kol)
  • 1 buah tomat hijau/2 mata asem (kalau tidak begitu suka asem ya pakai tomat saja)
  • 1 genggam kacang tanah
Bumbu:
  • 5 siung bawang merah (iris serong)
  • 5 siung bawang putih (iris serong)
  • 3 buah cabe hijau (iris serong)
  • 2 cm lengkuas
  • 1/2 sendok teh garam
  • 1/2 sendok teh gula pasir
  • 700 ml air
  • Penyedap secukupnya (tidak pakai penyedap juga bisa)
Cara membuat:
  • Rebus air sampai mendidih, masukkan bawang merah, bawang putih, cabe, lengkuas. Tunggu 3 menit.
  • Kemudian masukkan irisan tomat/asem, kacang tanah, kacang panjang, buncis, labu, terong. Diamkan 10 menit.
  • Kemudian masukkan gula dan garam, penyedap (bila pakai penyedap), kol, daun so, dan sayap ayam. Aduk rata. Diamkan sekitar 7 menit.
  • Angkat.
Sudah tahu bedanya? Haha? Selamat mencoba! :))


Cah Jamur Bakso


Bahan:
  • 3 genggam jamur tiram
  • 10 butir bakso sapi (potong jadi 4)
Bumbu:
  • 3 buah cabe merah besar (iris serong)
  • 3 buah cabe hijau besar (iris serong)
  • 5 siung bawang merah (iris tipis)
  • 5 siung bawang putih (iris tipis)
  • 2 cm lengkuas
  • 1/2 sendok teh garam
  • 1/2 sendok teh gula
  • 1/2 sendok teh merica bubuk
  • 1 sendok makan kecap manis
  • 1 sendok makan kecap ikan
  • Bumbu penyedap secukupnya
  • 2 sendok makan minyak untuk menumis
Cara membuat:
  • Tuang minyak ke wajan. Tumis bawang merah, bawang putih sampai harum. Kemudian masukkan cabe merah, cabe hijau dan lengkuas. 
  • Masukkan kecap ikan dan bakso, aduk sampai semuanya bercampur.
  • Tambahkan garam, gula, merica bubuk, penyedap, kemudian jamur tiram.
  • Aduk agar jamur merata dengan tumisan. Biarkan beberapa menit sampai jamur masak. 
  • Masukkan kecap, ratakan. Angkat.

Buat kamu yang sedang belajar masak, bisa mencoba resep ini. Tentu saja sehat dan lebih murah. Daripada jajan? Selamat mencoba! :))


Jalan-Jalan Ke Pati

Bila jalan-jalan ke Kota Pati, jangan lupa mampir ke Warung Bandeng Bakar di Jalan A. Yani. Rumah makan yang menyediakan bermacam menu olahan dari bandeng tersebut bisa jadi pilihan alternatif untuk memuaskan hasrat kuliner Anda. Menu yang ditawarkan lumayan banyak; bandeng bakar, bandeng krispi, bakso bandeng, galantin bandeng, waleran, dll. Harganya masih terjangkau kocek lah, berkisar antara Rp. 2.000,00 - Rp. 10.000,00. Murah bukan? :D






Sayang, sekali gambar bandeng krispi tidak ada. Waktu jajan, tak satu pun dari kami memesan bandeng krispi. Biasanya saya yang paling suka bandeng krispi, tapi kemarin saya memesan galantin. Lain kali ya gambarnya :))



Minggu, 02 September 2012

Dingo Hidup Sehat


Dingo itu anjing yang suka kuliner. Apa saja makanan manusia dia cicipi. Hobinya makan buah dan sayur. Permen juga dia suka. Kalau suka, dia bisa makan banyak sekali. Kalau tidak suka, habis diendus dia pergi. Kurang ajar banget ya?! Haha.. Akibatnya, bulu Dingo rontok. Beberapa bulan belakangan lantaran kami sering memberinya nasi dan lauk, Dingo enggan makan dog food. Padahal papanya sudah membelikan dog food yang enak (indikasi enak adalah harga mahal haha).

Ujung-ujungnya dia ngambek dan tidak mau makan. Dog food terdiam berhari-hari tanpa disentuh. Dingo bersikukuh tidak makan. Dalam keadaan lapar, bila tuan sedang di rumah, Dingo akan malas-malasan dengan muka sedih di bawah kursi. Tapi bila tuan pergi, dia akan mengaduk-aduk tong sampah, mengeluarkan isinya, dan membuat ruangan kotor. Lebih parah lagi, dia akan menggigit sandal atau sepatu yang lupa kami singkirkan. Fyuh..



Seperti yang sudah saya bilang berkali-kali, memelihara anjing itu seperti sedang punya anak. Kalau kita makan dan dia ada di dekat kita kita, spontan kita memberinya. Sama, Dingo juga begitu. Kalau saya sedang makan, dia pasti duduk di dekat saya dan saya pasti tidak tega. Kasih sesendok. Haha..

Lalu saya merasa bersalah ketika bulu-bulu lebatnya rontok. Ah, bulu itu selalu saya ciumi dan saya rindukan kapan pun. Dia anjing yang wangi (kalau habis mandi sih). Saya akhirnya berpikir untuk memberinya makan seperti kami. Nasi. Tanpa lauk yang kami makan. Tapi diganti dengan ati ampela yang direbus, tanpa bumbu.

Seminggu ini Dingo makan nasi berlauk ati ampela ayam dengan kuah berlimpah. Tidak ada garam dalam makanannya. Saya sudah berjanji tidak akan memberinya makanan yang saya makan. Kya.. Dingo resmi hidup sehat. Love.



Retribusi Terminal Terboyo Semarang


Pernahkah mendengar kata ‘retribusi’? Retribusi menurut UU No. 28 tahun 2009 adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Kalau kita ingat, setiap kita masuk terminal pasti ada petugas berseragam yang menarik uang retribusi. Berkaitan dengan retribusi, saya punya pengalaman di Terminal Terboyo Semarang yang saya catat sejak lama.

Pernahkah kita jeli dengan pungutan itu? Atau pedulikah kita dengan hal-hal kecil seperti apakah nominal yang kita keluarkan sama dengan yang tertera di karcis. Atau sambil lalu kita asal mengeluarkan uang, membayar, dan tidak memeriksa jumlah uang kembalian yang diberikan petugas? Bagi pengguna jasa transportasi seperti saya yang setiap minggu pasti menyambangi terminal, ada beberapa hal yang saya keluhkan tentang pelayanan Terminal Terboyo kepada pengguna.

Saya punya pengalaman yang kurang menyenangkan, seorang petugas memberikan kembalian yang tidak sesuai dengan nominal yang tertera pada karcis. Karcis retribusi mencantumkan nominal sebesar Rp. 150,- sebagai beban yang ditanggung oleh pengguna jasa. Suatu hari saya membayar dengan selembar uang seribuan dan petugas hanya memberikan kembalian sebesar Rp. 500,-. Awalnya bisa saya maklumi karena waktu itu banyak sekali orang yang turun bersamaan dengan saya. Saya pun diberi dua karcis yang sebetulnya membuat saya bertanya-tanya, “Kan, aku sendirian?! Kok karcisnya dua sih?”.

Kemudian, pada lain waktu kejadian yang sama terulang lagi sampai beberapa kali sampai suatu hari saya mencoba asertif karena dalam karcis tertera tulisan “Mintalah karcis sesuai dengan jumlah uang yang dibayarkan”. Saya tak segan bertanya kepada petugas, “Berapa sih Pak retribusinya? Kok kembaliannya cuman segini? Karcisnya juga dua, saya kan sendirian”. Mau tak mau petugas pun menambah uang kembalian saya tanpa banyak bicara. Setelah saya pikir-pikir (dalam rangka berdamai dengan diri saya sendiri dan petugas) pada akhirnya saya selalu membawa koin Rp. 200,- setiap masuk terminal. Ya, kita tahu lah, pecahan Rp. 50,- kan memang langka atau malah sudah ditarik dari pasaran.
Pernah juga suatu hari saya membayar dan tidak diberi karcis oleh petugas. Sadar dengan hal itu, kontan saya menegur petugas dan minta karcis. Sejak saat itu setiap saya membayar retribusi, saya pasti meminta karcis karena saya pikir pendapatan yang diperoleh dari retribusi harusnya sama dengan habisnya karcis. Kalau sampai timpang, saya pikir petugas bisa saja melakukan korupsi.

Dan, kejadian baru-baru ini membuat saya sedikit tercengang. Sudah tiga kali saya mendapati karcis dengan robekan tidak sempurna. Petugas selalu menyobek karcis dengan posisi miring dan akhirnya jumlah nominal tidak tertera pada karcis. Anda bisa melihat pada gambar di bawah. Pernahkah Anda berpikir, dengan robekan yang tidak sempurna itu, petugas bisa memotong biaya retribusi jauh melebihi jumlah yang sebenarnya tanpa kita tahu karena memang tidak ada bukti.

Begitulah, saya hanya memberikan sedikit wacana bagi Anda yang merasa pengguna jasa terminal supaya bijak dalam membayar jasa retribusi. Pemerintah kota Semarang harusnya juga memperhatikan hal ini. Saya menghimbau untuk memberikan ketetapan yang jelas bagi pengguna jasa. Berapapun nominalnya sebenarnya tidak menjadi masalah, asalkan bukti berupa karcis yang diterima pengguna sama dengan nominal yang dibayarkan. Barangkali sudah saatnya karcis retribusi diganti dengan yang baru, dengan nominal Rp.200,- atau Rp.500,-.
karcis retribusi terminal terboyo
Sekian, selamat berakhir pekan.