Rabu, 19 Desember 2012

Ambigunya Sebuah Alternatif


Apa yang terbesit di kepala Anda tentang 'undangan' yang dikirim melalui Facebook?

Undangan, dalam KBBI dirumuskan sebagai hal (perbuatan, cara) mengundang; panggilan (supaya datang). Undangan merupakan cara yang memfasilitasi 'kepentingan-kepentingan' kita baik sebagai individu maupun sebuah kelompok/komunitas. Jadi, jelas ada beberapa aspek yang terkandung dalam kata 'undangan'; yang mengundang, yang diundang, acara yang jelas, dan relasi. Facebook dalam hal ini berperan sebagai media atau sebuah cara yang menjadi alternatif untuk mengundang. Jadi, harusnya aspek-aspek yang terkandung dalam kata 'undangan' tidak dilepaskan begitu saja lantaran hal ini berkaitan dengan upaya memanfaatkan jejaring sosial seoptimal dan seefektif mungkin. 

Aspek-aspek yang perlu Anda cermati saat membuat undangan melalui Facebook:
  • Yang mengundang, Anda, baik sebagai individu/komunitas yang memiliki kepentingan dan bertanggungjawab atas acara yang akan dilaksanakan. Facebook telah memberikan pelayanan yang sangat baik dengan memberikan tiga alternatif dalam undangan; akan hadir, mungkin, dan tidak hadir. Fasilitas ini memudahkan Anda sebagai pihak yang mengundang mengetahui berapa banyak individu yang akan hadir dalam acara sehingga turut membantu Anda merancang pengeluaran.
  • Yang diundang, adalah individu/komunitas yang Anda harapkan kedatangannya setelah menerima panggilan Anda melalui Facebook. 99% pihak yang mengundang mengirimkan undangan pada semua teman tanpa kecuali. Facebook memberikan kemudahan pada kita untuk mengefektifkan waktu karena dengan sekali tekan, semua undangan terkirim. Bisa Anda bayangkan ketika undangan dalam bentuk fisik dikirim ke 2000 teman Anda? Namun kemudahan yang diberikan Facebook tak melulu harus kita gunakan. Banyak, di antara kita yang memiliki ribuan teman yang tidak sepenuhnya kita kenal. Lebih bijak lagi ketika membuat undangan, kita memilah siapa saja yang akan kita undang. Hal ini bertujuan untuk menghormati orang-orang yang kita undang. 
  • Acara yang jelas, termasuk di dalamnya waktu, tempat, keperluan, denah lokasi, dll. 
  • Relasi, merupakan aspek paling penting dalam pembuatan undangan melalui jejaring sosial/Facebook. Kenapa menjadi penting? Seperti yang sudah saya tulis pada poin dua di atas, relasi yang jelas memungkinkan sebuah acara menjadi lebih bermanfaat dan lebih 'hidup'.
Tips untuk Anda yang sering menerima undangan melalui Facebook:
  • Tanyalah pada diri Anda sendiri apakah Anda berminat untuk hadir.
  • Pastikan kehadiran/ketidakhadiran Anda dalam acara tersebut.
  • Tekan kotak 'akan hadir' bila Anda memang akan hadir setelah memastikan Anda tak punya acara lain di hari yang sama. Tekan 'tidak hadir' bila memang Anda tidak akan hadir dalam acara tersebut. Berusajalah jujur! Anda tidak akan masuk neraka hanya karena tidak menghadiri sebuah undangan. Tapi, Anda justru tidak menghormati pihak yang mengundang ketika Anda berjanji akan hadir tapi ternyata Anda tidak hadir.
  • Berusahalah seminimal mungkin menekan kotak 'mungkin' sebagai kompensasi dari rasa sungkan. Ketika Anda menekan tombol 'mungkin' konsekuensi dari kehadiran Anda sangat diharapkan. 80% kehadiran Anda diharapkan.
Semoga bermanfaat dan bijaklah menggunakan Facebook sebagai jejaring sosial. Jangan mudah diperdaya oleh media. 



Minggu, 16 Desember 2012

Lomba Mendongeng


Dalam rangka memenuhi janji pada Mbak Carra, maka pada tulisan kali ini saya akan bercerita tentang lomba mendongeng bertema televisi yang menjadi salah satu agenda dalam jambore literasi media Sabtu (15/12) kemarin di Hotel Quest. Lomba ini diselenggarakan oleh LeSPI (Lembaga Studi Pers dan Informasi) serta Yayasan TIFA. Kebetulan saya salah satu dari tiga dewan juri yang terhormat haha.. And the point is, "Jadi juri itu tidak mudah!"

Well, lomba ini diikuti oleh siswa kelas 1-6 SD dan sebanyak 15 peserta dari pelbagai daerah di Jawa Tengah hadir untuk memeriahkan acara. Saya ikut deg-degan selama acara berlangsung lho. Tiap peserta harus mendongeng di depan penonton dalam waktu 5-10 menit. Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, tema lomba mendongeng kali ini adalah televisi. Kenapa televisi? Tentu saja karena televisi menjadi sasaran utama jambore literasi media. Awalnya, kami meragukan acara ini akan diminati anak-anak lantaran aktivitas mendongeng sendiri bukan hal yang mudah. Saya mungkin saja tidak seberani anak-anak itu mendongeng. Dibutuhkan mental yang benar-benar bagus, penguasaan panggung, gesture, ekspresi, vokal, intonasi, dan juga kreativitas yang luar biasa.


Tak sedikit yang merasa grogi. Bahkan sebagian besar dari mereka mengalami 'koma di panggung' lantaran lupa jalan cerita. Namun ada pula yang dengan tenang membawakan dongengnya lantaran sudah terbiasa dengan lomba-lomba serupa. Ada hal yang lucu dari salah satu peserta dengan properti paling lengkap, namanya Bryan. Hari itu dia membawakan dongeng yang saya tulis, Tongky Dimakan Televisi. Pelbagai mainan dibawa dari rumah sesuai dengan isi dongeng yang saya buat, ada pula televisi kardus yang dilengkapi dengan senter agar tampak dramatis. Awalnya Bryan mendongeng dengan lancar di depan kami. Saya punya pengharapan lebih padanya. Namun tiba-tiba di tengah cerita, Bryan lupa. Anak itu diam membisu lalu berlari ke arah ibunya dan menangis keras sekali. 

Kontan penonton kebingungan, tapi untunglah Mbak MC segera naik panggung dan memanggil peserta berikutnya. Bryan diberi dispensasi untuk tampil kembali setelah dia siap dan rupanya dia tidak menyia-nyiakan hal itu. Di kesempatan kedua Bryan menyelesaikan dongengnya dengan baik dan menuai tepuk tangan meriah dari penonton. 

Selain Bryan, seorang gadis kecil berusia 6 bernama Ayasha tahun juga ikut mendongeng. Di antara peserta lain, Ayasha yang paling menyita perhatian penonton. Bocah bermata sipit itu sangat memukau dengan penguasaan panggung yang sangat baik dan interaksinya dengan para penonton. Meski menjadi peserta paling muda, Ayasha memiliki kemampuan bertutur dengan vokal dan intonasi layaknya pendongeng profesional. Para dewan juri akhirnya sepakat menobatkan Ayasha sebagai juara 1 dalam lomba dongeng literasi media ini.

Saya, jujur saja takjub melihat anak-anak itu mendongeng. Ayasha misalnya, dengan suara yang berganti-ganti memerankan dua tokohnya tanpa pernah luput dari karakter. Ah.. Saya kira memang mendongeng tidak mudah, tapi saya yakin kita semua bisa belajar mendongeng. Untuk adik-adik yang belum menjadi juara, saya harap mereka terus berlatih dan bisa mengikuti lomba-lomba serupa. 



Rabu, 05 Desember 2012

Properti Musim Penghujan


Inilah barang paling penting saat musim hujan, terutama buat saya yang setiap hari mobile dari satu tempat ke tempat lain dengan motor. Sepatu Crocs KW dan jas hujan. Kebetulan warnanya sama, jadi serasi. Padahal tidak sengaja. 

Sepatu Crocs KW itu baru lantaran dua sepatu saya sebelumnya rusak gara-gara sering dipakai hujan-hujanan. Kalau beli sepatu flat Bata lagi, sayang sekali buang-buang duit. Belum ada sebulan pasti rusak lagi kalau caranya gini. Akhirnya, saya beli Crocs di toko sebelah. Harganya murah. Cukup 50 ribu. Kalau mau beli di pasar mungkin bisa dapat harga miring lagi. Awet karena terbuat dari karet dan bisa dipakai selama musim hujan belum surut.

Jas hujan, di swalayan-swalayan sedang diskon. Modelnya banyak; ada yang terusan, ada yang potongan. Saya pilih yang terusan saja, lebih longgar dan tas ransel saya aman. Tanpa jas hujan, saya otomatis tidak bisa mengunjungi murid-murid saya. Itulah kenapa jas hujan selalu tersedia di dalam ransel saya. Kenapa tidak di jok? Malas, harus turun, buka - tutup jok. Kalau di ransel lebih praktis, tak usah  turun dari motor, langsung pakai dan cus cabut! Haha..