Minggu, 16 Desember 2012

Lomba Mendongeng


Dalam rangka memenuhi janji pada Mbak Carra, maka pada tulisan kali ini saya akan bercerita tentang lomba mendongeng bertema televisi yang menjadi salah satu agenda dalam jambore literasi media Sabtu (15/12) kemarin di Hotel Quest. Lomba ini diselenggarakan oleh LeSPI (Lembaga Studi Pers dan Informasi) serta Yayasan TIFA. Kebetulan saya salah satu dari tiga dewan juri yang terhormat haha.. And the point is, "Jadi juri itu tidak mudah!"

Well, lomba ini diikuti oleh siswa kelas 1-6 SD dan sebanyak 15 peserta dari pelbagai daerah di Jawa Tengah hadir untuk memeriahkan acara. Saya ikut deg-degan selama acara berlangsung lho. Tiap peserta harus mendongeng di depan penonton dalam waktu 5-10 menit. Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, tema lomba mendongeng kali ini adalah televisi. Kenapa televisi? Tentu saja karena televisi menjadi sasaran utama jambore literasi media. Awalnya, kami meragukan acara ini akan diminati anak-anak lantaran aktivitas mendongeng sendiri bukan hal yang mudah. Saya mungkin saja tidak seberani anak-anak itu mendongeng. Dibutuhkan mental yang benar-benar bagus, penguasaan panggung, gesture, ekspresi, vokal, intonasi, dan juga kreativitas yang luar biasa.


Tak sedikit yang merasa grogi. Bahkan sebagian besar dari mereka mengalami 'koma di panggung' lantaran lupa jalan cerita. Namun ada pula yang dengan tenang membawakan dongengnya lantaran sudah terbiasa dengan lomba-lomba serupa. Ada hal yang lucu dari salah satu peserta dengan properti paling lengkap, namanya Bryan. Hari itu dia membawakan dongeng yang saya tulis, Tongky Dimakan Televisi. Pelbagai mainan dibawa dari rumah sesuai dengan isi dongeng yang saya buat, ada pula televisi kardus yang dilengkapi dengan senter agar tampak dramatis. Awalnya Bryan mendongeng dengan lancar di depan kami. Saya punya pengharapan lebih padanya. Namun tiba-tiba di tengah cerita, Bryan lupa. Anak itu diam membisu lalu berlari ke arah ibunya dan menangis keras sekali. 

Kontan penonton kebingungan, tapi untunglah Mbak MC segera naik panggung dan memanggil peserta berikutnya. Bryan diberi dispensasi untuk tampil kembali setelah dia siap dan rupanya dia tidak menyia-nyiakan hal itu. Di kesempatan kedua Bryan menyelesaikan dongengnya dengan baik dan menuai tepuk tangan meriah dari penonton. 

Selain Bryan, seorang gadis kecil berusia 6 bernama Ayasha tahun juga ikut mendongeng. Di antara peserta lain, Ayasha yang paling menyita perhatian penonton. Bocah bermata sipit itu sangat memukau dengan penguasaan panggung yang sangat baik dan interaksinya dengan para penonton. Meski menjadi peserta paling muda, Ayasha memiliki kemampuan bertutur dengan vokal dan intonasi layaknya pendongeng profesional. Para dewan juri akhirnya sepakat menobatkan Ayasha sebagai juara 1 dalam lomba dongeng literasi media ini.

Saya, jujur saja takjub melihat anak-anak itu mendongeng. Ayasha misalnya, dengan suara yang berganti-ganti memerankan dua tokohnya tanpa pernah luput dari karakter. Ah.. Saya kira memang mendongeng tidak mudah, tapi saya yakin kita semua bisa belajar mendongeng. Untuk adik-adik yang belum menjadi juara, saya harap mereka terus berlatih dan bisa mengikuti lomba-lomba serupa. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar