Rabu, 19 Desember 2012

Ambigunya Sebuah Alternatif


Apa yang terbesit di kepala Anda tentang 'undangan' yang dikirim melalui Facebook?

Undangan, dalam KBBI dirumuskan sebagai hal (perbuatan, cara) mengundang; panggilan (supaya datang). Undangan merupakan cara yang memfasilitasi 'kepentingan-kepentingan' kita baik sebagai individu maupun sebuah kelompok/komunitas. Jadi, jelas ada beberapa aspek yang terkandung dalam kata 'undangan'; yang mengundang, yang diundang, acara yang jelas, dan relasi. Facebook dalam hal ini berperan sebagai media atau sebuah cara yang menjadi alternatif untuk mengundang. Jadi, harusnya aspek-aspek yang terkandung dalam kata 'undangan' tidak dilepaskan begitu saja lantaran hal ini berkaitan dengan upaya memanfaatkan jejaring sosial seoptimal dan seefektif mungkin. 

Aspek-aspek yang perlu Anda cermati saat membuat undangan melalui Facebook:
  • Yang mengundang, Anda, baik sebagai individu/komunitas yang memiliki kepentingan dan bertanggungjawab atas acara yang akan dilaksanakan. Facebook telah memberikan pelayanan yang sangat baik dengan memberikan tiga alternatif dalam undangan; akan hadir, mungkin, dan tidak hadir. Fasilitas ini memudahkan Anda sebagai pihak yang mengundang mengetahui berapa banyak individu yang akan hadir dalam acara sehingga turut membantu Anda merancang pengeluaran.
  • Yang diundang, adalah individu/komunitas yang Anda harapkan kedatangannya setelah menerima panggilan Anda melalui Facebook. 99% pihak yang mengundang mengirimkan undangan pada semua teman tanpa kecuali. Facebook memberikan kemudahan pada kita untuk mengefektifkan waktu karena dengan sekali tekan, semua undangan terkirim. Bisa Anda bayangkan ketika undangan dalam bentuk fisik dikirim ke 2000 teman Anda? Namun kemudahan yang diberikan Facebook tak melulu harus kita gunakan. Banyak, di antara kita yang memiliki ribuan teman yang tidak sepenuhnya kita kenal. Lebih bijak lagi ketika membuat undangan, kita memilah siapa saja yang akan kita undang. Hal ini bertujuan untuk menghormati orang-orang yang kita undang. 
  • Acara yang jelas, termasuk di dalamnya waktu, tempat, keperluan, denah lokasi, dll. 
  • Relasi, merupakan aspek paling penting dalam pembuatan undangan melalui jejaring sosial/Facebook. Kenapa menjadi penting? Seperti yang sudah saya tulis pada poin dua di atas, relasi yang jelas memungkinkan sebuah acara menjadi lebih bermanfaat dan lebih 'hidup'.
Tips untuk Anda yang sering menerima undangan melalui Facebook:
  • Tanyalah pada diri Anda sendiri apakah Anda berminat untuk hadir.
  • Pastikan kehadiran/ketidakhadiran Anda dalam acara tersebut.
  • Tekan kotak 'akan hadir' bila Anda memang akan hadir setelah memastikan Anda tak punya acara lain di hari yang sama. Tekan 'tidak hadir' bila memang Anda tidak akan hadir dalam acara tersebut. Berusajalah jujur! Anda tidak akan masuk neraka hanya karena tidak menghadiri sebuah undangan. Tapi, Anda justru tidak menghormati pihak yang mengundang ketika Anda berjanji akan hadir tapi ternyata Anda tidak hadir.
  • Berusahalah seminimal mungkin menekan kotak 'mungkin' sebagai kompensasi dari rasa sungkan. Ketika Anda menekan tombol 'mungkin' konsekuensi dari kehadiran Anda sangat diharapkan. 80% kehadiran Anda diharapkan.
Semoga bermanfaat dan bijaklah menggunakan Facebook sebagai jejaring sosial. Jangan mudah diperdaya oleh media. 



Minggu, 16 Desember 2012

Lomba Mendongeng


Dalam rangka memenuhi janji pada Mbak Carra, maka pada tulisan kali ini saya akan bercerita tentang lomba mendongeng bertema televisi yang menjadi salah satu agenda dalam jambore literasi media Sabtu (15/12) kemarin di Hotel Quest. Lomba ini diselenggarakan oleh LeSPI (Lembaga Studi Pers dan Informasi) serta Yayasan TIFA. Kebetulan saya salah satu dari tiga dewan juri yang terhormat haha.. And the point is, "Jadi juri itu tidak mudah!"

Well, lomba ini diikuti oleh siswa kelas 1-6 SD dan sebanyak 15 peserta dari pelbagai daerah di Jawa Tengah hadir untuk memeriahkan acara. Saya ikut deg-degan selama acara berlangsung lho. Tiap peserta harus mendongeng di depan penonton dalam waktu 5-10 menit. Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, tema lomba mendongeng kali ini adalah televisi. Kenapa televisi? Tentu saja karena televisi menjadi sasaran utama jambore literasi media. Awalnya, kami meragukan acara ini akan diminati anak-anak lantaran aktivitas mendongeng sendiri bukan hal yang mudah. Saya mungkin saja tidak seberani anak-anak itu mendongeng. Dibutuhkan mental yang benar-benar bagus, penguasaan panggung, gesture, ekspresi, vokal, intonasi, dan juga kreativitas yang luar biasa.


Tak sedikit yang merasa grogi. Bahkan sebagian besar dari mereka mengalami 'koma di panggung' lantaran lupa jalan cerita. Namun ada pula yang dengan tenang membawakan dongengnya lantaran sudah terbiasa dengan lomba-lomba serupa. Ada hal yang lucu dari salah satu peserta dengan properti paling lengkap, namanya Bryan. Hari itu dia membawakan dongeng yang saya tulis, Tongky Dimakan Televisi. Pelbagai mainan dibawa dari rumah sesuai dengan isi dongeng yang saya buat, ada pula televisi kardus yang dilengkapi dengan senter agar tampak dramatis. Awalnya Bryan mendongeng dengan lancar di depan kami. Saya punya pengharapan lebih padanya. Namun tiba-tiba di tengah cerita, Bryan lupa. Anak itu diam membisu lalu berlari ke arah ibunya dan menangis keras sekali. 

Kontan penonton kebingungan, tapi untunglah Mbak MC segera naik panggung dan memanggil peserta berikutnya. Bryan diberi dispensasi untuk tampil kembali setelah dia siap dan rupanya dia tidak menyia-nyiakan hal itu. Di kesempatan kedua Bryan menyelesaikan dongengnya dengan baik dan menuai tepuk tangan meriah dari penonton. 

Selain Bryan, seorang gadis kecil berusia 6 bernama Ayasha tahun juga ikut mendongeng. Di antara peserta lain, Ayasha yang paling menyita perhatian penonton. Bocah bermata sipit itu sangat memukau dengan penguasaan panggung yang sangat baik dan interaksinya dengan para penonton. Meski menjadi peserta paling muda, Ayasha memiliki kemampuan bertutur dengan vokal dan intonasi layaknya pendongeng profesional. Para dewan juri akhirnya sepakat menobatkan Ayasha sebagai juara 1 dalam lomba dongeng literasi media ini.

Saya, jujur saja takjub melihat anak-anak itu mendongeng. Ayasha misalnya, dengan suara yang berganti-ganti memerankan dua tokohnya tanpa pernah luput dari karakter. Ah.. Saya kira memang mendongeng tidak mudah, tapi saya yakin kita semua bisa belajar mendongeng. Untuk adik-adik yang belum menjadi juara, saya harap mereka terus berlatih dan bisa mengikuti lomba-lomba serupa. 



Rabu, 05 Desember 2012

Properti Musim Penghujan


Inilah barang paling penting saat musim hujan, terutama buat saya yang setiap hari mobile dari satu tempat ke tempat lain dengan motor. Sepatu Crocs KW dan jas hujan. Kebetulan warnanya sama, jadi serasi. Padahal tidak sengaja. 

Sepatu Crocs KW itu baru lantaran dua sepatu saya sebelumnya rusak gara-gara sering dipakai hujan-hujanan. Kalau beli sepatu flat Bata lagi, sayang sekali buang-buang duit. Belum ada sebulan pasti rusak lagi kalau caranya gini. Akhirnya, saya beli Crocs di toko sebelah. Harganya murah. Cukup 50 ribu. Kalau mau beli di pasar mungkin bisa dapat harga miring lagi. Awet karena terbuat dari karet dan bisa dipakai selama musim hujan belum surut.

Jas hujan, di swalayan-swalayan sedang diskon. Modelnya banyak; ada yang terusan, ada yang potongan. Saya pilih yang terusan saja, lebih longgar dan tas ransel saya aman. Tanpa jas hujan, saya otomatis tidak bisa mengunjungi murid-murid saya. Itulah kenapa jas hujan selalu tersedia di dalam ransel saya. Kenapa tidak di jok? Malas, harus turun, buka - tutup jok. Kalau di ransel lebih praktis, tak usah  turun dari motor, langsung pakai dan cus cabut! Haha..




Senin, 19 November 2012

Kamaratih Batik

Dalam rangka ulang tahun Kamaratih Batik yang ke-4, saya mau ikutan nulis cerita dan review nih. 

Mungkin saya tidak akan bicara banyak soal batik. Saya termasuk orang yang jarang pakai batik sebetulnya. Alasannya sih karena saya jarang menghadiri acara-acara yang sifatnya formal. Tapi, belakangan ini saya sering dapat oleh-oleh bahkan hadiah kuis berupa kain batik. Tak terasa, ternyata ada 5 jenis batik bersembunyi di dalam lemari saya (2 kain dari murid saya, 1 kain dari Mbak Latree karena menang kuis, dan 2 kain dari bapak) hahaha.. Saya baru sadar beberapa bulan yang lalu sewaktu buka lemari di rumah (jarang-jarang buka lemari soalnya).

Kalau namanya kain, otomatis kita harus ribet cari model yang sesuai buat tubuh kita. Akhirnya, saya pergi ke rumah tante, pinjam majalah-majalah wanita yang menampilkan mode-mode batik modern sekalian minta diantar ke penjahit yang lumayan pandai mengolah batik. Empat potong kain saya bawa ke penjahit (kecuali batik dari Mbak Latree, favorit saya). Akhirnya saya berencana membuat 1 bawahan, 2 atasan santai bentuk leher sabrina, dan 1 kemeja formal. Batik dari Mbak Latree masih saya simpan, alasannya itu kain favorit saya lantaran warnanya yang segar! Hahaha, saya masih memilih model apa yang cocok untuk sepotong kain itu. Antisipasi saja, daripada nanti salah potong dan jahit.. Rencana sih mau saya bikin bawahan. Akhir-akhir ini saya suka pakai bawahan rok soalnya :))

Ya, itung-itung nyicil koleksi batik untuk acara-acara formal yang akhir-akhir ini sering saya hadiri. Semakin menua rupanya semakin banyak ritual acara yang harus dijalani hahaha.. Tidak juga sih sebenarnya. Mungkin sudah saatnya mengganti yang casual menjadi lebih rapi. Tidak lucu kan kalau saya penyuluhan, di depan ibu-ibu RT tapi pakai jeans robek-robek? :))

Untuk review Kamaratih Batik, saya tidak berani review baju (takut menang, dapat baju, tapi tidak muat) hahahaha... Jadi saya mau review Gelang Wooden Horizon saja. Ini gambarnya.


Btw, pas saya buka album koleksi Kamaratih Batik, pertama kali mata saya langsung tertuju pada gelang ini. Hahaha, ya mungkin karena saya orangnya simpel dan tidak suka banyak corak. Seperti gelang kayu ini. Fisiknya tampak kuat dan kokoh. Saat dikenakan juga membuat pergelangan tangan lebih cantik. Selain itu, gelang ini bisa dipadukan dengan model pakaian apa saja. Tak melulu harus menyesuaikan warna lantaran gelang ini pun memiliki sifat yang netral. Saya membayangkan memakai gelang ini dipadukan dengan bawahan batik dari Mbak Latree dan atasan hitam, serta sepatu hitam. Waw! Seperti apa ya kira-kira tampilan saya? :))

Itu sedikit cerita dan review untuk Kamaratih Batik. Oh ya, selamat ulang tahun. Semoga peminatnya tambah banyak dan laris manis sebagai online shop! Semoga pemilik dan pengelolanya selalu sehat biar bisa mondar-mandir kirim barang haha.. Sukses, Kamaratih!!!



Minggu, 18 November 2012

Blog Dongeng Anak


Hari ini rencananya sih mau baca Lalita eh pagi-pagi malah ngobrol sama Mbak Carra di Twitter. Awalnya cuma komentar soal dongeng yang beliau buat, lha kok ujung-ujungnya malah ide membuat blog khusus untuk dongeng anak. Gagasan dadakan yang tercetus itu ternyata disambut baik oleh beberapa teman lain; Mbak Latree, Putri Meneng dan Emak Gaoel haha.. Ini sih namanya nekat!

Lantaran beliau berempat adalah emak-emak sibuk, maka saya (yang belum jadi emak dan belum sibuk) didaulat untuk jadi komandan yang mengelola blog. Baiklah, saya langsung capcus ke blogspot, membuat blog baru yang saya namai Blog Dongeng Anak.  Rencananya blog ini dipersembahkan untuk anak-anak, orangtua yang kehabisan bahan dongeng untuk putra-putranya, juga buat pelaku homeschool di Indonesia. Kami berusaha memberikan fasilitas dengan menyediakan aneka dongeng untuk anak-anak yang bisa dibaca secara gratis. Sudah ada beberapa cerita di sana, dan semoga untuk ke depan akan ada lebih banyak cerita.

Ada lima penulis tetap di blog ini. Selain itu, kami juga menerima naskah dongeng dari kontributor yang peduli dengan dunia anak-anak. Syarat-syarat pengiriman bisa dibaca langsung di Blog Dongeng Anak. Ditunggu karya kalian! ;)





Minggu, 11 November 2012

Happy Sunday

Kemarin, entah kenapa Hari Minggu yang menyenangkan bagi saya. Pertama, cerpen saya dimuat di JakartaBeat. Judulnya Museum Barang Hilang. Itu cerpen pertama saya setelah sekian lama tidak menulis cerita. Idenya datang waktu saya naik motor, menuruni jalan Gombel Baru, di sela kemacetan yang-amat-sangat-miapah itu. Haha. Penulisan memakan waktu tiga hari dan hasilnya lumayan lah. 

Kedua, saya bertemu Erna-ibu satu anak yang penampilannya masih seperti anak kuliahan dan bikin iri-ciyus-setengah mati. Belakangan beliau sibuk mengajar di Enopi; tempat belajar Bahasa Inggris. Kualitas pertemuan kami bisa dibilang jarang. Pas diberitahu Umam dia akan datang, saya langsung senang. 

Meluncurlah kami bertiga ke Java Mall. Ada pameran komputer di sana dan kebetulan Erna  mau beli microSD. Saya tidak berkepentingan sebetulnya, tapi mendadak saya ingat harus mengumpulkan tiket Kids Fun lagi. Selepas belanja, kami bertiga main game di Kids Fun sampai kehabisan poin. Lumayan, kemarin saya mengantongi 240 lembar tiket. Hahaha.. Jadi tiket yang terkumpul sekarang 500 an lembar. 

Ketiga, pulangnya, sampai di kos saya dapat telpon dari seorang dosen Undip, kebetulan teman main saya waktu kecil. Ada job jadi pemateri edukasi seks untuk acara dasa wisma. Wah, gimana bisa nolak kalau ada hubungannya sama dunia anak-anak? 


Suara Momo

Tinggal sendiri itu ada enaknya, ada tidak enaknya. Kalau saya sih memang sudah (merasa) terusir dari rumah. Jadi mau tidak mau harus merasa enak. Kenapa begitu? Pertama, saya tidak punya kamar di rumah. Entah kenapa, mungkin ibu saya lupa kalau punya anak perempuan. Maklum, sejak kuliah, saya lebih sering tinggal di Semarang. Kadang-kadang liburan panjang pun saya tidak pulang. Sebabnya, kampung halaman saya itu terlalu nyaman. Seminggu di rumah, bisa jadi saya malas menjamah kerjaan. Saya juga tidak punya kewajiban apa pun di rumah, kecuali satu, membuat orangtua bangga. Hahaha.. Tapi, itu susah juga sebenarnya lantaran sampai sekarang saya masih begini-begini saja. Tidak enaknya tinggal sendiri itu ya, segala sesuatunya harus dipikirikan dan dikerjakan sendiri.

Di kota yang (hampir) menjelma Jakarta ini, saya tinggal di kos. Maklum, belum kuat sewa apartment apalagi beli tanah dan bangun rumah. Beginilah nasib jalang, eh lajang yang menempati sepetak kamar yang nyaman, terletak di basement, ukurannya 4,5 x 3 meter, kamar mandi dalam, dan paling penting tak banyak perabotan. Saya suka kamar yang longgar. Meski terletak di basement, tapi kamar saya dapat sinar matahari langsung lantaran kondisi tanah yang miring. Tapi, kalau musim hujan bisa lembab dan kadang kemasukan air. 

Ini kos paling lama yang saya tempati. Lebih dari lima tahun. Saya merasa cocok dan tidak ingin pindah sebenarnya kecuali karena sewa bulanannya yang makin mahal. Fyuh.. Rp. 650.000,00 bo'.. Duit syape?

Kos ini bernama Wisma L. L berasal dari nama pemiliknya yaitu Pak Lilik. Beliau sudah meninggal lantaran ditembak anak buahnya di kantor kepolisian (agak serem). Banyak hal yang sering terjadi dan sudah jadi bagian dalam hidup saya, seperti; suara derit benda digeser setiap jam 10 malam, kran mati berhari-hari di musim kemarau, barang-barang yang hilang bila lupa memasukkan, anak kosan yang nangis histeris karena bertengkar sama pacarnya, dan masih banyak lagi. Kadang bikin saya gila. Tapi, tentu saja (sekali lagi) itu bukan alasan kuat mencari kos lain. 

Dan inilah poin penting dari postingan saya hari ini, hahaha.. Pengantarnya banyak banget padahal cuma mau bilang sebel sama penjaga kos yang baru. Namanya Mas Abbas. Dia penjaga kos paling aneh sepanjang saya tinggal di sini. Baik sih orangnya, sok kenal (tiba-tiba nyapa dengan suara lantang), suka pakai wig di depan tv, suka minta uang anak kos untuk beli pulsa, dan yang paling bikin males dia suka muter lagu-lagunya Geisha di pagi hari. Saya bukan fans Geisha sih, tapi menurut saya suara Momo lumayanlah kalau sesekali didengarkan. Tapi, ini hampir tiap pagi. Lagu yang sama, suara yang sama. Suara Momo!!! Mendadak jadi musuh saya!


Selasa, 06 November 2012

Bosan Atau Memang Tahapan?!

Belakangan saya bosan menulis fiksi. Kenapa? Karena banyak sekali orang yang menulis fiksi, hehe.. Tiap ke Gramedia/Togamas saya sering bingung menentukan buku mana yang harus dibeli. Ratusan atau mungkin ribuan buku fiksi karya anak muda bertebaran dengan sampul dan judul yang menarik. Biasanya saya hanya membaca ringkasan ceritanya, lalu mengembalikan ke rak. Ujung-ujungnya saya tidak membeli apa-apa dan baru beberapa minggu lalu saya membawa pulang Lalita. Itu juga dibelikan Umam, haha. Kalau harus membeli, saya biasanya lebih suka membeli buku teman sendiri sebagai satu bentuk dukungan untuk terus menulis.

Sebagaimana kita tahu, menerbitkan buku bukan lagi persoalan rumit sekarang. Penerbit indie menjamur di mana-mana. Orang bisa dengan mudah menerbitkan tulisannya. Tak mau kalah dengan penerbit indie, penerbit-penerbit besar juga ikutan menjaring penulis-penulis baru. Ya, ini pasar dan semua orang berhak jualan. Penulis kadang-kadang lupa bahwa esensi dari menerbitkan buku bukan perihal yang sepele. Saya tiba-tiba ingat pesan ibu saat beliau membaca buku saya yang diterbitkan indie, "Menulis tidak boleh sekedar menulis. Sebisa mungkin, tulisan harus memberikan manfaat buat pembaca karena tulisan mempengaruhi pikiran seorang pembaca, dan pikiran akan termanifestasi pada perilaku."

Waktu itu saya merasa dikritik. Pada buku saya Suburban Love cetakan pertama memang banyak hal yang tidak tersaring; umpatan-umpatan dan eksploitasi patah hati yang berlebihan. Ya, kumpulan cerpen itu merupakan rangkuman dari proses pendewasaan saya. Saya butuh katarsis, dan menulis adalah medianya. Hasilnya, begitulah. Pun demikian tidak lantas saya merasa puas dengan itu sampai akhirnya edisi revisi keluar. Kritik mendewasakan. Membuat kita lebih berkembang. Dan seiring perjalanan menuju kedewasaan dalam menulis, kritik bukan lagi hal yang menyakitkan. 

Saya pikir memang ada benarnya kata ibu. Orang akan muak bila disuguhi tulisan-tulisan yang temanya itu-itu saja. Cinta ya terutama (fyuh, seka poni..). Apalagi kalau endingnya sudah bisa ditebak. Tapi, nyatanya itu tema yang tidak pernah mati dan aman dari masalah. Sayangnya membuat tulisan yang kaya dan 'nggak basi' itu susah. 

Saya tak lagi produktif menulis fiksi. Tak satu pun jadi dalam beberapa bulan belakangan hehe. Saya malah sibuk ngeblog, menulis artikel tentang media literasi, dan mengasuh blog homeschooling. Saya tidak tahu persis apakah ini bisa disebut sebuah pendewasaan atau tidak. Tapi nyatanya saya punya minat lain dalam menulis. Saya tertarik dengan tulisan-tulisan non fiksi yang sebelumnya kurang saya minati. Ada sebuah kepuasan tersendiri di sana, terutama artikel-artikel yang sifatnya ilmiah. Bisa jadi memang begini tahapannya.

Minggu ini, saya mencoba menulis. Fiksi. Dan saya mendapati banyak perubahan. Rasanya senang sekali saat cerpen itu selesai dan siap dikirim ke JakartaBeat! ;)


Kamis, 25 Oktober 2012

Analisis Tayangan


Tugas bikin analisis tayangan drama televisi selesai sudah. Yang penasaran bisa baca di sini. Atau kunjungi blog MataTandaNot bad lah haha. Meskipun saat menonton agak tersiksa, tapi rupanya ada banyak hal yang saya temukan dalam tayangan berdurasi 1,5 jam itu. Tak disadari, televisi memang membawa banyak pengaruh dalam hidup kita. Yang perlu kita waspadai adalah tayangan-tayangan 'sampah' yang membawa misi-misi tertentu yang menggiring kita pada tahap internalisasi sosial. Ironisnya kita tidak menyadari. Hah! Itulah kekuatan televisi yang merusak! Yah, sebagai pemirsa yang 'smart' sebaiknya kita memang tak hanya menonton tetapi juga memantau tayangan-tayangan yang kita tonton. 

Tugas baru dari LeSPI (Lembaga Studi Pers dan Informasi), masih terkait dengan media watch, saya ditugasi bikin analisis tayangan melodrama Korea. Haha.. Untuk kali ini, saya tidak tahu akan menghabiskan camilan apa lagi. Tunggu kabar selanjutnya! 


Jumat, 12 Oktober 2012

Niat Oh Niat


Hari ini Umam kuliah, jadi saya terlantar berdua bersama Dingo. Anjing manja itu sedang malas ngapa-ngapain, jadi saya akhirnya buka laptop untuk menyelesaikan artikel literasi media. Tugas saya hanya membuat analisa sebuah tayangan televisi dan dari bermacam tayangan yang ada pada daftar, saya memilih drama berjudul Anak-Anak Tanpa Cinta. Fyuh..

Bayangkan saja, saya tidak pernah menonton televisi beberapa tahun terakhir ini. Pertama, televisi kos penuh semut, televisi Umam rusak, dan televisi rumah dikuasai ibu. Cukup tragis sebetulnya, tapi saya pun tak punya niatan untuk membeli televisi sendiri. 

Entah kenapa tugas ini rasanya begitu menyiksa. Menonton sinetron lepas berdurasi 2 jam. Ya ampun *tutup mata*. Saya putar file yang kemarin saya ambil dari kantor LeSPI. Baru beberapa menit, saya mendadak bosan. Tapi, tak mungkin juga abaikan. Ini tugas negara. Saya pikir, mungkin saya malas menonton karena tak ada cemilan. Hahaha.

Saya tinggalkan laptop, lalu pergi ke Indomaret terdekat, membeli beberapa makanan ringan; es krim untuk Dingo, Lays rumput laut, Qtela tempe, dan 2 Momogi rasa jagung bakar. Niatnya membeli makanan kecil ya agar semangat menonton, tapi ternyata kok semangatnya tidak muncul-muncul. Hahaha..

Sampai di depan laptop, yang terjadi mulut saya tidak bisa berhenti mengunyah, file macet, dan sampai makanan habis saya belum nulis artikel hahaha.. 


Selasa, 09 Oktober 2012

Doggie Language


Haha, pas lihat gambar ini di Life With Dog, entah kenapa saya langsung tertawa dan ingat Dingo. Hampir semua pose pernah dilakukan Dingo. Paling sering tentu saja pose 'You Will Feed Me' lantaran setahu saya Dingo itu anjing yang tidak kenal kenyang kalau belum muntah.

Belakangan, pose yang paling sering saya lihat pose 'Curious'. Dingo punya adik baru, beberapa ekor burung yang tiap pagi membangunkan penghuni rumah. Sangkarnya digantung di dinding dan setiap pagi burung-burung itu dikeluarkan dari rumah ke teras agar kena sinar matahari. Dingo tak ketinggalan, dia akan berputar-putar mengelilingi sangkar, mengamati burung-burung itu bergerak dan tentu saja hendak mencakar. Tapi sebelum aksinya terlaksana, ayahnya sudah menghardik dan berteriak "Dingo jangan!!"

Lalu Dingo akan bersembunyi di bawah kursi. Tak lama kemudian Dingo akan mengulangi aksinya hahaha..


Senin, 08 Oktober 2012

In (flu) enza



Influenza, meski bukan penyakit berat, efeknya cukup menyiksa bagi tubuh. Sudah dua minggu saya terserang flu. Dampaknya lumayan, jadwal terapi jadi berantakan, tidak produktif dan ya mungkin saya memang harus istirahat.

Diawali dengan kesombongan, "Ini anak-anak kok flu semua. Tumben aku nggak sakit?". Hahaha, begitulah yang namanya sesumbar. Selalu mendapat balasan akhirnya. 

Pancaroba seperti ini memang banyak penyakit bereksistensi. Siang hari bumi begitu panas, malamnya dingin tak karuan. Hampir tiap hari, sehabis beraktivitas rasanya selalu ingin meneguk segelas air es dan saya memang melakukannya. Kadang es teh, kadang nutrisari, kadang jus, apa saja asal bisa mendinginkan. Kebetulan murid-murid juga sedang flu; Nisa, Rico, Idam, Pujo, Ivan, Satria, semua flu. 

Puncaknya di rumah, saya tidur dengan kepala mengahdap kipas angin. Paginya, hidung saya tersumbat, ingus mengalir, pusing dan demam. Tenggorokan rasanya kering dan tiap menelan berasa nyeri. Aduh! Saya kena flu! Dan beberapa hari kemudian saya harus menghadapi pilek dan batuk.

Seminggu penuh saya tidak mengajar, hanya berbaring di tempat tidur. Saya tidak minum obat, berusaha mengatasi flu dengan makan sebanyak-banyaknya dan mengurangi es. Menurut saya itu efektif, karena tubuh butuh banyak gizi untuk pulih. Dan lumayan, tapi masih batuk. 

Di rumah, malam-malam waktu saya sedang membaca buku di kamar, pintu tiba-tiba diketuk. Ternyata bapak. "Nih minum! Biar cepat sembuh batuknya!". Saya disodori sirup obat batuk. Hahaha.. so sweet banget, Bapak.. :))


Jumat, 28 September 2012

Ditelpon Diaz Pagi-Pagi



Semalam Mbak Mei telpon. Tapi saya sedang di kamar mandi waktu hape berdering dan panggilan tak terjawab. Sms Mbak Mei menyusul kemudian, katanya Diaz mau say 'thanks' sama saya. Aih, saya sudah berdebar-debar mau ditelpon Diaz. Sayangnya hape tak kunjung berbunyi. Mungkin sudah terlalu larut atau Diaz memang sudah tidur.

Paginya, Mbak Mei telpon lagi. Kali ini saya angkat dan kali ini Diaz menyapa saya, "Tante Pima" hahahahaha deuhhh leleh resanya mendengar sapaan seorang anak kecil yang fotogenik itu. Saya nyengir terus. Kayak ditelpon pacar :))

Saya sampai lupa apa saja yang dibicarakan Diaz saking takjubnya. Yang saya ingat dia menyebut nama-nama hewan yang ada di sampul buku yang saya beri dengan suara kurang jelas. Bermacam hewan dia sebutkan; buaya, monyet, dll lalu ucapan terima kasih. Setelah itu saya ngobrol dengan ibunya sebentar (ngobrol rahasia) *nyengir

Ini pengalaman pertama saya ngobrol dengan anak kecil yang belum pernah saya temui secara langsung. Saya antusias. Ya, pada dasarnya saya selalu antusias dengan semua anak kecil. Dengan Diaz ini, saya hanya mendengar cerita dari percakapan-percakapan di dunia maya. Sepertinya anak yang hebat.

Apa jadinya ya kalau kami ketemu suatu hari? 



Selasa, 25 September 2012

Suburban Love Edisi Revisi



Setelah melalui beberapa perbaikan akhirnya Suburban Love resmi direvisi. Buku ini awalnya memuat 16 cerita pendek (Shelter, Galuh, Tentang Jarak, A Cup Of Coffeedrip, Surat Dari Fukuoka, Suburban Love, Lost, Song Before Sunset, Monolog Tentang Engkau, Tokek Dan Sepatu, Catastrophe, Firasat, Cerita Di Balik Laju Kereta, Golden Day, Cerita Tanpa Ending, dan Seribu Hari Aku Menunggumu), kemudian masih berjumlah sama di edisi revisi dengan sebuah cerita pengganti. Seribu Hari Aku Menunggumu diganti dengan cerpen berjudul Di Antara Bangku Kereta Dan Pancaroba (hasil kolaborasi dengan Galih Pandu Adi).

Terima kasih untuk teman-teman yang sudah memberikan endorsement; Jenny Jusuf, Mbak Eka Situmorang, Mbak Latree Manohara, Mas Wiwien Wintarto, dan Mas Kartun. Tak lupa buat Umam yang selalu mau saya repoti untuk mengurus ini-itu.


Senin, 17 September 2012

Pembatas Buku Monster


Prakarya hari ini; membuat pembatas buku monster. Akan segera saya bagi cara membuatnya :))



Tahap I Pembuatan 10 Jendela

10 Jendela adalah media peraga untuk belajar penjumlahan 10 beserta variasinya. 


Bahan:
  • Kertas HVS
  • Kertas kado
  • Gunting
  • Lem
  • Penggaris
  • Crayon warna merah dan kuning
Cara membuat:
  • Buat pola 10 jendela yang terdiri dari 5 kolom dan 2 baris. Sisinya 3 cm. Atau bisa diunduh di sini. Buat sebanyak 10.
  • Buat persegi panjang berukuran 11 x 21 cm dengan kertas kado, buat sebanyak 10.
  • Kemudian tempelkan pola 10 Jendela di atas kertas kado
  • Buatlah lingkaran dengan crayon warna merah dan kuning (1 merah 9 kuning, 2 merah 8 kuning, 3 merah 7 kuning, 4 merah 6 kuning, dst)




Tahap selanjutnya menyusul ;)


Rabu, 12 September 2012

Kebiasaan Dingo


Dingo punya kebiasaan yang berbeda-beda ketika orang yang dikenalnya datang. Ada tiga orang yang sangat dikenalnya. Selain tiga orang itu, responnya tidak begitu unik dan bisa berganti-ganti. Yuk mari kita simak respon Dingo ketika yang datang:

  • Mas Tambeng
Mas Tambeng adalah bapaknya alias pemilik Dingo. Segalak-galaknya Mas Tambeng, Dingo tidak pernah takut karena mereka berdua punya ikatan yang sangat kuat dan saling menyanyangi. Mereka tidur bersama, makan bersama dan mandi bersama, eh.. Haha bohong. Mandinya sendiri-sendiri ding! Respon ketika Mas Tambeng datang ada dua jenis. Bila habis melakukan kesalahan (mengobrak-abrik tempat sampah, menggigit sandal, atau apa saja yang berbau merusak) maka Dingo akan masuk ke kolong kursi dengan telinga turun ke belakang. Ini pertanda dia takut. Bila dia tidak melakukan kesalahan, dia akan berlari-lari kegirangan menyambut Mas Tambeng lalu menjilat-jilat tangan atau kaki. Selain itu dia akan melompat-lompat.
Kesalahan Dingo yang paling fatal adalah menggigiti sandal gunung milik Umam sampai putus. Tidak hanya Dingo yang sebenarnya disalahkan. Dia kan hanya seekor hewan. Ya, tentu saja karena pemiliknya tidak waspada. Tragedi itu membuat Dingo dipukuli sampai minggat dari rumah. Saya saksi mata waktu itu. Paginya Dingo mengunyah-ngunyah modem Smart milik Umam lagi. Hahaha.. Dingo, bersalah atau tidak responnya ketika melihat Umam adalah sembunyi di kolong kursi. Jarang dia melompat-lompat kegirangan. Barangkali karena kedatangan Umam identik dengan tragedi waktu itu (hewan juga bisa trauma lho?!)
  • Saya
Saya orang yang paling lunak pada Dingo. Meskipun berkali-kali dia mengunyah sepatu flat saya, semua tidak pernah masalah. Solusinya sekarang memasukkan sepatu ketika berkunjung. Sebagai ibu asuh, saya memang lembek kalau sudah melihat ekspresi Dingo. Bagi saya dia seperti bayi yang ringkih dan patut disayang-sayang. Apa saja yang saya makan pasti dia kebagian (sekarang sudah tidak lagi karena saya hanya memberinya ati ampela rebus saja). Bila saya datang, respon Dingo cukup aneh. Bila dia sedang di depan pintu dan sudah melihat saya datang, dia akan berlari ke belakang dengan cepat. Lalu begitu saya turun dari motor dan masuk rumah, dia anak berlari sambil melompat-lompat kegirangan seperti berkata "Hai Mom.. Aku senang kamu datang" hahaha.. Kemudian dia akan mengendus saya atau barang bawaan saya, mengikuti kemana kaki saya melangkah.

Anjing, bagaimanampun juga adalah hewan yang paling ideal untuk dipeliharan. Segala perilakunya mengingatkan kita pada anak-anak dan masa kanak-kanak kita. Mungkin.


Modifikasi Resep Asam Pedas Iga Sapi


Hari ini rencananya nyobain resep di aplikasi Masak Apa, namanya Asam Pedas Iga Sapi. Namun saya kepikiran mengganti iga sapi dengan sayap ayam. Entah kenapa, mungkin karena hari ini saya ingin makan ayam. Yuk, simak resepnya!

Bahan:
  • 500 gram sayap ayam

Bumbu:
  • 5 siung bawang merah iris serong
  • 3 siung bawang putih iris serong
  • 2 cabe merah besar iris kasar
  • 2 cabe hijau besar iris kasar
  • 10 cabe rawit merah
  • 2 cm lengkuas
  • 2 lembar daun salam
  • 1 sendok teh merica bubuk
  • 1 sendok teh garam
  • 4 buah tomat hijau potong-potong
  • 3 sendok makan kecap manis
  • 1 liter air
  • minyak sayur secukupnya

Cara membuat:
  • Rebus air hingga mendidih, masukkan sayap ayam, lengkuas dan dua lembar daun salam
  • Tumis bawang merah, bawang putih hingga layu dan harum
  • Masukkan cabe merah dan cabe hijau, aduk hingga layu
  • Angkat, masukkan ke dalam rebusan sayap ayam
  • Tambahkan cabe rawit merah, tomat hijau, kecap, merica, dan garam
  • Rebus dengan api kecil sampai bumbu meresap
  • Angkat dan sajikan panas. Bisa untuk lauk makan siang.
Cauw! Gampang kan? Disajikan dengan nasi putih hangat dan kerupuk udang. Semua kenyang, semua senang. Murah dan sehat!


Minggu, 09 September 2012

Blog Review: Blog Auk






Tak ada yang lebih sempurna dari membebaskan imaji di akhir pekan dengan jalan-jalan ke blog pilihan saya berikut ini. Apa sih yang pertama muncul di benak kalian ketika membaca site title dan tagline blog ini? "Pasti blog ini membagi banyak cerita tentang pengalaman penulisnya."

'Berbagi Jejak' begitu bunyi tagline blog yang ditulis oleh seorang lelaki absurd, labil dan random ini. Benar, setelah sekian lama saya mengikuti blog ini, banyak kisah sehari-hari yang menarik untuk diikuti. Melalui blognya, lelaki penyuka warna hitam ini mengajak kita untuk lebih mengeksplore pengalaman sehari-hari yang  ringan, apa-apa saja yang dilihat, dialami, dan dirasakan. Misalnya, dalam post yang berjudul Jajan yang menceritakan tentang seorang ayah yang selalu tidak tega saat anaknya minta jajan karena baginya saat-saat jajan adalah mewah dan megah mengingat ayahnya relatif jarang jajan dan sarapan. Atau post berjudul Hikmah, tentang bagaimana sebaiknya kita mengambil hikmah apapun yang menimpa kita.  Bahwa kita selayaknya harus selalu bisa menjalani hidup ini dengan lapang, nyaman dan ikhlas agar hidup ini bisa dijalani dengan lebih mudah.


Dikemas dengan bahasa yang ringan dan enak dibaca,  kita juga akan diajak jalan-jalan ke Jogja, menjelajahi shopping center untuk berburu komik atau pergi ke toko buku Toga Mas. Sayang ya halaman blog ini putih bersih seperti kertas HVS, tanpa theme macam-macam. Barangkali Si Empunya memang sosok yang sederhana apa adanya. Saya sih pengennya beliau menambahkan sedikit warna pada blognya, mungkin orange atau hijau biar lebih seger dan mata tidak perih. Hihihi..


Bagaimana? Apakah kalian sudah tidak sabar mengunjungi blog ini? Coba saja dan selami cerita-cerita di dalamnya. Siapa tahu kalian terinspirasi untuk menulis kisah sehari-hari kalian sendiri! Yuk cap cus!!.



Pengalaman Kerja/Dagang



Ngomong-ngomong soal pengalaman dagang/kerja, saya mungkin punya beberapa cerita untuk dibagi. Pertama kali saya kenal dagang waktu SMA. Niatnya iseng, karena saya penggemar pernak-pernik/asesoris cewek, saya memutuskan ingin mencoba berdagang. Saya ceritakan niat itu pada ibu. Eh, ibu langsung setuju. Saya diberi modal Rp. 200.000,- (waktu itu nominal 200 ribu rasanya besar banget). Dari Pati, saya naik bus ke Semarang (kira-kira makan waktu dua jam) untuk kulakan pernak-pernik.

Sampai di Semarang, saya keluar masuk toko di Pasar Johar untuk membeli bermacam asesoris (gelang, kalung, bando, jepit rambut, bros, karet warna-warni, dll). Lalu pulang lah saya ke rumah dengan membawa seplastik besar pernak-pernik. Dari pengalaman itu, saya tahu harga grosiran. Ternyata sangat murah. Bahkan ketika saya bandingkan dengan harga yang dijual di kota saya bisa dinaikkan sampai 200%. Waw! Haha..

Esok harinya saya bawa barang dagangan saya ke sekolah. Sebelumnya, barang dagangan sudah saya labeli dengan harga yang tentu saja lebih murah dari toko (barang yang sama). Alhasil, barang dagangan laris manis di sekolah. Sisanya saya tawarkan ke rumah tetangga. Saya door to door menawarkan dagangan ke tetangga. Kalau mau jadi pedagang ya jangan malu, begitu kata ibu.

Dalam beberapa hari dagangan saya habis. Untung-nya lumayan dan bisa buat kulakan lagi sehingga barang yang dibeli lebih banyak. Sayangnya, setelah itu saya harus Ujian Nasional. Ibu melarang saya jualan lagi untuk persiapan ujian :(

Sampai ujian selesai dan masuk kuliah, saya tidak pernah jualan lagi. Tapi, saya bekerja di sebuah pusat terapi untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Awalnya jadi asisten yang tugasnya merapikan alat-alat terapi dan mainan. Gajinya kecil, Rp. 75.000,- sebulan. Saya kerja part time sepulang kuliah. Berbulan-bulan bekerja sebagai asisten alat, saya diminta untuk jadi asisten terapis/prompter. Tugas saya membantu anak-anak memberi bantuan ketika terapis memberikan instruksi pada mereka. Biasanya, anak-anak berkebutuhan khusus yang berada pada kategori berat akan susah mengikuti instruksi dari terapis. Itulah gunanya prompter.

Berbulan-bulan pula saya jadi prompter dan mulai mencintai dunia ini, akhirnya saya diminta menjadi terapis. Karena saya masih kuliah, jadi saya dapat sesi sore sekitar pukul 3 sampai pukul 5. Selama menjadi terapis, saya banyak belajar tentang bagaimana cara menangani anak-anak berkebutuhan khusus (materi yang tidak saya dapatkan di bangku kuliah). Satu tahun saya bekerja sebagai terapis di Yogasmara Therapy Center Semarang. Sampai akhirnya saya buka Primakids Learning Center di Pati sampai sekarang. Syukur, punya ilmu yang bermanfaat untuk membantu orang tua yang punya anak berkebutuhan khusus. Doakan secepatnya bisa buka cabang di Semarang ;)


Sabtu, 08 September 2012

Hari Libur

Well, akhirnya saya punya hari libur. Pilihan saya jatuh pada hari Jumat. Kenapa memilih hari Jumat? Ya karena Senin - Kamis jadwal saya penuh; mengajar Nisa dan Rico. Sedangkan sisanya, saya harus mengajar di rumah. Awalnya, saya mengajar di rumah mulai hari Jumat - Minggu. Alhasil saya memang tidak punya hari libur. Tapi sekarang, Jumat menjadi waktu istirahat saya. Dengan begitu, Sabtu saya kembali fresh menyapa anak-anak.

Sebenarnya saya tidak keberatan mengenai 'hidup tanpa libur' toh saya mencintai apa yang saya lakukan. 3 tahun saya menjalani ini; mengajar di dua tempat, menempuh perjalanan jauh dan tak punya hari libur. Tapi, belakangan saya berpikir bahwa hal ini barangkali akan berdampak nantinya. Dampak yang paling kentara adalah masalah kesehatan. Sakit memang anugerah bila kita bisa melihatnya dari sisi lain. Tapi, sebelum sakit saya ingin mengantisipasi datangnya kondisi tak produktif itu.

Hari libur pertama saya sudah berlalu kemarin. Saya duduk di depan komputer sepanjang hari, menulis lima artikel di blog. Malamnya saya menghadiri soft launching Kembang Api Malam Ini karya Mbak Latree Manohara di Terracotta Coffee House bersama Umam. Kami datang terlalu pagi, menunggu di pelataran sambil minum jus. Acara yang dijadwalkan pukul tujuh molor karena tuan rumah acara terjebak macet. Namun acara tetap berjalan lancar sampai akhir. Diskusi yang seru dan gayeng.

Pulangnya, saya dan Umam mampir warung pecel Mbak Sri di Simpang Lima. Ada lapar yang belum tuntas haha..


Eh itu undangan Membaca Kembang Api Latree Malam Ini. Undangan yang dibagikan sesaat sebelum acara dimulai :))


Jumat, 07 September 2012

Kembang Api Malam Ini



Judul          : Kembang Api Malam Ini
Penulis       : Latree Manohara
Penerbit     : Gigih Pustaka Mandiri
Terbit        : Agustus 2012
Halaman     : viii + 104
Harga         : Rp. 40.000,00

Cerpen-cerpen dalam kumpulan Kembang Api Malam Ini seakan menjadi bentuk ekspresi pemikiran-pemikiran Latree Manohara perihal persoalan-persoalan sosial yang kerap kita temui di masyarakat, dimana setiap kehidupan memiliki 'tragic sense'nya sendiri-sendiri.

Dengan teknik penceritaan yang mengalir yang memang begitu dikuasai Latree Manohara membuat cerpen-cerpen dalam kumpulan ini enak untuk dibaca tanpa kehilangan nuansa. Kita juga dibawa pada alur yang tidak bisa ditebak sehingga membuat kita tercengang di akhri cerita. Tengok saja cerpen yang berjudul Pawon Rawon Mas Won atau Susu Untuk Sari. 

Bermacam persoalan-persoalan sosial dikemas dengan apik serta santun. Latree Manohara berusaha memberikan empatinya tanpa menggurui pelbagai resiko yang diterima pelaku. Buku ini memberikan perenungan bagi kita yang acapkali tidak peduli pada hal-hal remeh di sekitar kita. 


Kamis, 06 September 2012

Bakwan Sayur

Siang ini saya tidak masak banyak; sayur sup dan bakwan sayur. Tapi resep yang hendak saya bagikan hanya bakwan sayur. Resep sup menyusul ya! Bahan-bahan yang dibutuhkan bisa dilihat pada gambar di bawah ini.


Bahan:
  • Paket sayur sop (bisa dibeli di pasar; ambil wortel, kol, seledri, dan daun bawangnya)
  • Bila suka bisa tambahkan kecambah
  • Tepung bumbu jadi (bisa diganti dengan terigu 1/4 ons, 1 sendok teh tepung beras, bumbunya 3 siung bawang putih, 1 siung bawang merah, 1/2 sendok teh merica bubuk, 1/2 sendok teh garam, penyedap secukupnya)
  • Air
  • Minyak untuk menggoreng
Cara membuat:
  • Wortel iris memanjang korek api, kol diiris tipis, daun bawang dan seledri diiris menyerong, masukkan ke baskom. Aduk agar tercampur. Kemudian tuang tepung bumbu. 
  • Uleni dengan air sedikit demi sedikit. Jangan sampai terlalu cair.
  • Panaskan minyak goreng, kemudian bikin adonan membulat di dalam minyak goreng.
  • Goreng sampai kuning kecoklatan. Angkat. Tiriskan


Selamat makan! :))


Sayur Asem Rumahan


Ugh, sayur asem di siang hari. Berlauk ikan asin, atau tempe kemul daun jeruk. Ditambah sambal dan kerupuk. Surga. 

Ngomong-ngomong, soal sayur asem, belakangan saya meninggalkan resep dari ibu dan mencoba resep lain. Hasilnya sama-sama enak. Bedanya, resep sayur asem ibu lebih berminyak dan lebih berasa dagingnya. Sedang resep lain yang saya coba, sayur asemnya tidak berminyak dan lebih segar. Yuk mari kita coba dan bandingkan.

Resep dari ibu.
Bahan:
  • 2 bungkus paket sayur asem (bisa di beli di pasar, isinya kacang panjang, buncis, labu siem, terung, daun so, kol)
  • 1 buah tomat hijau/2 mata asem (kalau tidak begitu suka asem ya pakai tomat saja)
  • 1 genggam kacang tanah
  • 5 potong sayap ayam
  • Minyak secukupnya untuk menumis
Bumbu:
  • 5 siung bawang merah (iris serong)
  • 5 siung bawang putih (iris serong)
  • 3 buah cabe hijau (iris serong)
  • 2 cm lengkuas
  • 1/2 sendok teh garam
  • 1/2 sendok teh gula pasir
  • 700 ml air
  • 350 ml air
  • Penyedap secukupnya (tidak pakai penyedap juga bisa)
Cara membuat:
  • Rebus potongan sayap ayam dengan 700 ml air sampai matang. Setelah matang angkat daging ayam, tiriskan.
  • Tumis bawang merah, bawang putih, lengkuas dan cabe sampai harum dan layu.
  • Masukkan tumisan bumbu ke dalam air kaldu yang sudah dikurangi setengahnya (ganti air kaldu yang dikurangi dengan air biasa)
  • Didihkan, kemudian masukkan irisan tomat/asem, kacang tanah, kacang panjang, buncis, labu, terong. Diamkan 10 menit.
  • Kemudian masukkan gula dan garam, penyedap (bila pakai penyedap), kol, daun so, dan sayap ayam. Aduk rata. Diamkan sekitar 7 menit.
  • Angkat.

Yuk kita coba resep lain.
Bahan:
  • 2 bungkus paket sayur asem (bisa di beli di pasar, isinya kacang panjang, buncis, labu siem, terung, daun so, kol)
  • 1 buah tomat hijau/2 mata asem (kalau tidak begitu suka asem ya pakai tomat saja)
  • 1 genggam kacang tanah
Bumbu:
  • 5 siung bawang merah (iris serong)
  • 5 siung bawang putih (iris serong)
  • 3 buah cabe hijau (iris serong)
  • 2 cm lengkuas
  • 1/2 sendok teh garam
  • 1/2 sendok teh gula pasir
  • 700 ml air
  • Penyedap secukupnya (tidak pakai penyedap juga bisa)
Cara membuat:
  • Rebus air sampai mendidih, masukkan bawang merah, bawang putih, cabe, lengkuas. Tunggu 3 menit.
  • Kemudian masukkan irisan tomat/asem, kacang tanah, kacang panjang, buncis, labu, terong. Diamkan 10 menit.
  • Kemudian masukkan gula dan garam, penyedap (bila pakai penyedap), kol, daun so, dan sayap ayam. Aduk rata. Diamkan sekitar 7 menit.
  • Angkat.
Sudah tahu bedanya? Haha? Selamat mencoba! :))