Sabtu, 25 Agustus 2012

Jalan-Jalan Ke Salatiga

Kemarin, Sabtu (25/08) kami (saya dan Umam) melakukan perjalanan dengan motor menuju Salatiga dalam rangka kunjungan lebaran ke rumah orangtuanya. Kenapa kami memilih naik motor? Selain kami belum pernah berkendara dengan yang lain, motor merupakan alternatif yang paling bersahabat di tengah kemacetan arus balik. Saya tidak bisa membayangkan kalau kami harus pergi ke sana naik bus, pasti akan memakan banyak waktu dan mati dalam bosan. Selain itu, perjalanan naik motor relatif murah dan fleksibel. Kita bisa berhenti sewaktu-waktu dan menyusuri jalan-jalan tikus dengan leluasa.

Ini bukan pertama kalinya bagi saya mengunjungi Salatiga yang dingin dan asri. Saya sudah sering ke sana, meski tidak pernah hafal jalan kalau dilepas ke sana sendirian. Haha.. Dari Semarang, lami berangkat jam 8 pagi. Molor satu jam dari jadwal yang sudah dirancang. Biasa, main SongPop dulu. 

Matahari sudah naik. Tapi belum terlalu panas. Kami mengganjal perut dengan arem-arem. Perjalanan akan memakan waktu sekitar 2 jam, jadi jangan biarkan perut kosong. Sepanjang perjalanan adalah pemandangan alam indah. Apalagi kalau sudah memasuki Ungaran, mendadak kita disergap dingin udara pegunungan. Saya merasa, masing-masing perjalanan membawa kesannya sendiri-sendiri. Semakin dekat kita dengan alam dalam sebuah perjalanan, maka akan terasa lebih sakral. Barangkali tidak akan semenyenangkan itu bila saya naik mobil ke sana. Paling-paling saya tidur di mobil. Tapi dengan motor, ada sensasi-sensasi lain yang tidak dirasakan ketika kita naik mobil. Semilir angin, menahan kantuk, menahan dingin, asap, debu, dan jarak yang tak terduga dengan kendaraan lain. 

Dalam perjalanan ini, saya malah membayangkan sebuah perjalanan lain dengan jalan kaki. Apa rasanya? Mungkin lebih menyenangkan.

Kami mampir dulu ke Banyu Biru, mengunjungi seorang teman. Sayangnya, teman yang kami kunjungi sedang tidak ada di rumah. Tak mampir lama di Banyu Biru, kami lanjutkan perjalanan menuju Salatiga yang tinggal selangkah lagi sambil menikmati Rawa Pening yang kali ini tak sempat kami singgahi.

Inilah Salatiga. Sesampainya di sana, kami langsung menuju rumah Umam di Suruh. Kira-kira memakan waktu 30 menit dari kota Salatiga. Beristirahat sejenak lalu diajak berkunjung ke rumah saudara dan kolega, kemudian dilanjutkan jalan-jalan ke kota Salatiga. Umam menunjukkan sebuah bangunan bekas gedung bioskop Reksa yang konon sering diceritakan Gitanyali dalam bukunya Bluesmerbabu. Hahaha, seperti menyusuri jejak-jejak Gitanyali dengan setting Gunung Merbabu dan Kota Salatiga.


Di Salatiga, kurang afdol kalau belum mencicipi sate sapi khas Suruh. Diberondong dengan harga di bawah Rp. 20.000,00 kita diajak menikmati kelezatan sate sapi berbumbu kacang yang hangat di tubuh.


Itulah sekilas cerita tentang perjalanan sehari kami ke Salatiga. Sehabis Maghrib kami pulang ke Semarang, mampir ke Kedai Kancaku milik teman kami, nonton pertandingan MU vs Fulham, kemudian pulang. Pagi ini rencananya kami hendak ke Gunungpati, berkunjung ke rumah Niky. 



2 komentar: