Sabtu, 23 Februari 2013

Minimarket Vs Toko Kelontong

Gambar diambil dari sini.

Tahukah Anda kenapa barang di minimarket/swalayan harganya lebih mahal dibanding harga toko biasa? Ya, tepat! Lantaran kita turut membeli kenyamanan. Nah sebenarnya, mengapa minimarket/swalayan menawarkan kenyamanan pada kita? 

Belakangan, setelah saya melakukan investigasi di beberapa minimarket/swalayan dan mendapati kecurangan-kecurangan yang mereka lakukan (akan saya bahas kapan-kapan tentang kecurangan-kecurangan ini), saya enggan masuk ke minimarket/swalayan untuk belanja, kecuali amat sangat kepepet.  Kondisi kepepet yang saya maksud seperti, barang yang saya butuhkan hanya dijual di sana, kondisi cuaca, waktu, dan urgensi dari barang yang saya butuhkan. Sekarang, saya lebih suka menyambangi toko-toko kelontong atau toko grosir di pasar. 

Apa kepuasan yang saya dapatkan? Pertama, mengetahui bahwa saya telah berhemat sepertiga persen dari biasanya. Itu kepuasan tersendiri untuk saya sebagai orang yang (bukan) kaya. Kedua, harga label dengan banyaknya nominal yang saya keluarkan sama.

Sebenarnya apa yang membuat toko kelontong dan toko grosir menetapkan harga yang lebih murah dari minimarket/swalayan? Mereka sama sekali tidak menawarkan kenyamanan dalam berbelanja. Kita tidak akan menemukan sejuknya AC yang membuat kita betah berkeliling, rak-rak yang berjajar rapi atau kantong belanja bersih dengan cetakan nama toko. Tidak. Kita tidak mendapatinya. Namun, apa sebenarnya yang tersembunyi di balik kenyamanan yang ditawarkan minimarket/swalayan itu? Perilaku konsumtif.

Berbelanja di supermarket, meski dengan harga yang jauh lebih mahal, mengapa lebih dipilih? Pertama, karena kita tidak menyadari bahwa korporat sedang menggiring perilaku kita ke arah konsumtif. "Ayo berbelanja terus, di sini nyaman!" begitu kira-kira bisikannya ketika dingin AC menyentuh kulit kita. Kenyamanan berupa kondisi ruangan membuat kita betah 'berbelanja'. Itu berarti kita diberi ruang untuk berlama-lama melakukan negosiasi dengan 'nafsu' kita. Banyak barang-barang yang sesungguhnya tidak kita perlukan akhirnya masuk ke dalam keranjang. 

Rak-rak yang berjajar rapi itu sesungguhnya memberi dilema tersendiri. Selain memudahkan pencarian barang, kadang-kadang kita dibuat untuk tidak loyal pada satu merk. Kita dihadapkan pada banyaknya pilihan. Naluri untuk selalu 'mencoba yang baru' terombang-ambing di sini. 

Minimarket/swalayan mencitrakan diri mereka sebagai tempat yang bersih dan 'berkelas' dengan bangunan beralas keramik, penerangan super, bebas debu, dan kantong belanja yang membuat sebagian orang merasa 'lebih bangga' bila menenteng plastik putih bertuliskan nama minimarket/swalayan tertentu. Permainan psikologis semacam inilah yang dibidik.

Gambar diambil dari sini.

Sebagian orang takut berbelanja di toko kelontong/toko grosir lantaran dibekali dengan ketakutan-katakutan yang lebih dulu disiarkan melalui televisi perihal produk palsu, tanggal kadaluwarsa yang tidak diperhatikan, dan tidak mempertimbangkan segi kebersihan. Sesungguhnya itu tidak benar-benar terbukti. Dan bila kita sadar, tayangan-tayangan investigasi tersebut merupakan 'pintu utama' yang membuat kita memusuhi toko kelontong dan pasar tradisional. Saya pun termasuk orang yang termakan pencitraan tersebut sebelum saya menemukan banyak keganjilan yang terjadi kemudian saya hubungkan dalam dinamika. Bila Anda mengetahuinya, saya yakin Anda akan bergidik.

Jadi sekarang Anda (paling tidak) tahu mengapa minimarket/swalayan melabeli produknya dengan lebih mahal. Seiring dengan hal itu, Anda pun harus tahu bahwa yang murah bukan berarti tidak sehat/palsu. Yang murah bisa jadi lantaran mereka tidak menawarkan 'modern' dalam dirinya.

Tetap sehat, tetap berbelanja dengan bijak. 




9 komentar:

  1. di komplek sy termasuk yg kena serbuan mini market, kasian juga sih nasibnya toko kelontong.. Kalo utk harga, di tempat sy kadang toko kelontong gak selalu lebih murah juga.. Tapi ada salah satu toko yg jadi favorit saya, karena toko itu selain harganya murah, barangnya komplit, yang paling sy suka adalah menjual kebutuhan dapur seperti bawang, kemiri, dll. Jadi kalo tiba-tiba sy keabisan bahan2 dapur itu gak perlu jauh2 ke pasar.. cukup ke toko kelontong satu itu karena cuma toko itu yg jual. Di minimarket atau toko kelontong lain gak ada..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe selamatkan toko kelontong pokoknya, Mbak ;)

      Hapus
  2. pengalaman terakhir nggak begitu menyenangkan di minimarket....
    mereka selalu memasang harga palsu di display, harga yg ada di komputer kasir selalu berbeda dgn yg ada di display. meskipun beda beberapa rupiah, kalau kita belanja dalam jumlah banyak, bisa diakumulasikan sendiri kan jumlahnya......yg terakhir kali itu beli minyak kayu putih larut malam karena adik sakit, apotik sudah tutup, toko kelontong dekat rumah jg sudah tutup, walhasil belilah di minimarket dkat rumah, beli minyak kayu putih ukuran besar (saya lupa berapa mili), padahal di display sudah kelas Rp 15 ribu sekian untuk minyak ukuran sekian mili yg saya beli, di kasir harganya 29rb...pramuniaganya beralasan "itu yg kecil mbak...dan bla bla bla" karena waktu itu ada yg sedang antri, saya tidak mau berdebat, pulang dgn sedikit kecewa tapi biarlah....KAPOK deh

    enak ke pasar aja deh, banyak jajan :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali! Tunggu investigasi selanjutnya ya!

      Kalau jajan di pasar, uang 10 ribu rasanya nggak pernah habis :p~

      Hapus
  3. Mungkin pertimbangan lain yang barang-barang di minimarket lebih lengkap mungkin ya mbak?
    Aku sudah pernah coba belanja di toko kelontong tapi gak lengkap, padahal kesempatan belanja bulanan cuma 1 kali sebulan. Dan bikin waktu jadi gak efisien. Mungkin itu pertimbanganku untuk belanja di swalayan.
    Kekurangan dari swalayan (sering aku jumpai di *y***mart) adalah tanggal kadaluarsa yang hampir habis. Ini sering bikin aku jengkel dan gak mau lagi belanja disitu lagi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Makanya kan tadi saya sebutkan, kalau pas kepepet baru ke sana :D

      Hapus
  4. skripsi saya juga membahas hal tersebut. pengaruh minimarket terhadap toko kelontong.mohon do'anya biar cepet selesai :D

    BalasHapus
  5. toko kelontong punya sisipit udah menembus omzet 1,5 triliyun, mematikan pasaran warung kelontong. save warung kkelontong

    BalasHapus
  6. Saya juga berpendapat seperti itu, mungkin bisa ditambah fakta" lainnya agar lebih bisa membantu

    BalasHapus