Gambar diambil dari sini |
Saya sebagai konsumen adalah orang yang cukup rewel untuk urusan jual-beli. Ya wajar, sebagaimana kita tahu, UU Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Republik Indonesia menjelaskan bahwa hak konsumen diantaranya adalah hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan atau jasa; hak untuk memilih barang dan atau jasa serta mendapatkan barang dan atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian, apabila barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya; dan sebagainya (diambil dari sini)
Kalau menurut saya, rewel itu harus dan wajib. Kenapa begitu? Agar kita tidak melulu dibodohi. Rasa "sungkan" sebagai orang Jawa kadang-kadang dimanfaatkan oleh produsen/pemberi layanan jasa atau pemilik usaha untuk terus menekan kita. Tentu saja tanpa kita sadari. Nah, sekali kita terperangkap dan tidak berontak, maka selamanya kita akan terperangkap dan jadi jauh lebih bodoh dari sebelumnya.
Saya ingin bagi-bagi 'rewel' di sini. Semoga Anda mengalami hal serupa, tidak hanya bergumam "Oh iya ya?!" dan segera bertindak:
- Beli barang di mini market/supermarket/toko tanpa mengetahui harga. Jadi pihak penjual tidak menempel label pada barang/tempat barang. Biasanya saya akan memanggil pelayan, bertanya harga barang sebelum membawanya ke kasir seraya mengomel, "Mbok ditempeli harga to, Mbak/Mas!"
- Harga yang tertera di label tempat barang tidak sesuai dengan harga yang tertera di mesin kasir. Kejadian terakhir yang saya alami belum lama ini, saya membeli permen Strepsils di mini market. Pada tempat barang, tertera harga Rp. 5.500,00. Setibanya di kasir, saat saya menyodorkan uang Rp. 6.000,00, penjaga kasir bilang uang saya kurang. Saya lirik layar komputer, di situ tertera nominal Rp. 9.700,00. Langsung saya minta petugas kasir keluar dari wilayahnya dan mengecek harga. Lalu petugas kasir bilang, "Itu labelnya salah, Mbak..". Kemudian saya bilang, "Oh begitu? Ya sudah saya nggak jadi beli!" dan saya melenggang dengan santainya keluar dari mini market.
- Kembalian berupa permen. Saya memang tidak suka dan belum melakukan tindakan gila yang pernah dilakukan beberapa orang. Solusi untuk hal ini, paling-paling saya menghindari toko yang berlaku demikian.
- Rumah makan yang menampilkan menu banyak tapi ketika kita memesan, banyak pula yang tidak tersedia. Masuk black list biasanya. Haha.
- Petugas kasir yang selalu bilang, "Ada uang kecil saja?" ketika kita menyodorkan uang Rp.50.000,00/Rp. 100.000,00. Sungguh ini perbuatan yang tidak sopan ketika dilakukan petugas kasir di minimarket/toko besar. Sebagai pemilik usaha, menyediakan uang pecahan itu penting sebagai salah satu pelayanan terhadap konsumen. Kalimat "Ada uang kecil saja?" terdengar seolah-olah petugas kasir tidak percaya pada konsumen yang hanya punya satu lembar uang lima puluhan/ratusan ribu.
- Pelayanan rumah makan/kafe yang tidak profesional; lama dalam penyajian, dan salah menu. Pelayan yang sibuk dengan handphone di depan customer. Dan perilaku yang tidak ramah.
- Kafe/rumah makan yang tidak menyediakan tisu, asbak, dan tusuk gigi. Ergh!
- Petugas kasir yang salah hitung. Biasanya kasus ini terjadi di minimarket yang buka 24 jam. Sudah lebih dari lima kali saya menjadi korban kecerobohan kasir. Bukan saya yang dirugikan memang, tapi pihak toko yang dirugikan. Tapi sama saja, bagi saya itu tidak profesional.
- Tukang parkir yang minta uang lalu pergi dan tak peduli.
- Warung-warung yang menjual makanan basi.
- Dan masih banyak lagi, hah!
Ya, begitulah. Bukan apa-apa, saya memang kaku dalam hal tertentu. Sengaja, karena saya ingin menggunakan hak saya secara benar.
ini bekgron tomatnya nyegerin banget... *lospokus* :D
BalasHapusHaha.. seger ya, Mbak? :D
Hapushehehe.. iya nih, tomat nya menggiurkan :) BTW Suami saya paling rewel kalo minimarket mengembalikan uang receh dengan permen. awalnya saya bilang : udah sih yah, gpp. Tapi begitu suami saya menjelaskan knp dia ga suka kembalian permen, baru saya setuju. Coba kalo belanjaan kita belakang nya ada seratus rupiahnya, trus kita bayar pake permen, mau ga? hehehe.. masuk akal pikir saya.
BalasHapusNah! Setuju sama suami. Kalau pecahannya di bawah seratus sih sih saya masih bisa memaklumi karena tidak ada pecahan lima puluh lagi :D
Hapus